Naskah Lontar Sritanjung Resmi Diakui sebagai Ingatan Kolektif Nasional

by -463 Views
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) secara resmi menetapkan Naskah Lontar Sritanjung sebagai Ingatan Kolektif Nasional (Ikon). Penetapan ini menegaskan peran penting naskah tersebut dalam peradaban bangsa Indonesia.

Lontar Sritanjung merupakan karya sastra berbentuk puisi yang mengisahkan legenda Sri Tanjung, tokoh terkenal dari Banyuwangi. Naskah ini dahulu sering dilantunkan dalam berbagai ritual dan menjadi bagian integral dari tradisi lisan masyarakat Banyuwangi yang diwariskan antargenerasi.

iklan aston

Para peneliti naskah kuno meyakini bahwa Lontar Sritanjung memiliki nilai tinggi sebagai representasi lintas budaya, khususnya antara Jawa dan Bali, serta budaya-budaya lain di Indonesia. Keunikan ini menjadikannya aset berharga dalam khazanah sastra nusantara.

Agus Suyoto, Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas RI, menekankan pentingnya aktualisasi naskah Lontar Sritanjung pasca penetapannya sebagai Ikon. “Tujuannya agar ketika orang mendengar nama Banyuwangi, mereka langsung teringat dengan cerita-cerita khasnya,” ujar Agus dalam Seminar Pengarusutamaan Naskah Nusantara Ikon di Banyuwangi, Kamis (19/9/2024).

Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa Perpusnas tengah gencar mendokumentasikan dan mengamankan manuskrip kuno sebagai upaya memperkuat identitas keindonesiaan. Menurutnya, dokumentasi naskah-naskah kuno ini menjadi catatan penting dalam sejarah bangsa.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyampaikan apresiasi atas masuknya naskah kuno asal Banyuwangi ke dalam Ikon. Ia menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam melestarikan kekayaan seni, budaya, dan literasi daerah, termasuk manuskrip-manuskrip kuno.

“Selain Lontar Sritanjung, Banyuwangi memiliki beberapa manuskrip kuno lainnya seperti Lontar Yusup, Babad Tawangalun, serta sejumlah kitab berparateks yang kaya akan nilai sejarah dan pengetahuan,” tutur Ipuk. Ia menambahkan, “Kami rutin menggelar Festival Kitab Kuning untuk mengangkat khazanah dan merestorasi keilmuan para ulama Banyuwangi. Cerita dan sejarah Banyuwangi yang terkandung dalam naskah kuno juga kami angkat dalam berbagai festival sebagai upaya pelestarian, terutama bagi generasi muda.”

Ipuk berharap penetapan Lontar Sritanjung sebagai Ikon akan menarik minat para peneliti dan penggiat kajian manuskrip untuk berkunjung dan melakukan studi di Banyuwangi. Hal ini diharapkan dapat semakin memperkaya pemahaman dan apresiasi terhadap warisan budaya daerah ini. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.