Banyuwangi, seblang.com — Sebuah video yang memperlihatkan rombongan penari Gandrung Sewu diminta membayar karcis masuk saat gladi bersih di Pantai Boom Marina Banyuwangi beredar luas di media sosial. Dalam video itu terdengar suara salah satu penari yang mengeluh dalam bahasa Jawa,
“Mosok penari gak oleh melbu, penarine kongkon mbayar iki,” yang berarti, “Masa penari tidak boleh masuk, penarinya disuruh bayar ini.”
Peristiwa tersebut diketahui terjadi pada Jumat, 24 Oktober 2025, sehari sebelum puncak acara Gandrung Sewu 2025 digelar. Potongan video itu memicu berbagai reaksi publik karena dianggap tidak pantas bila peserta yang tampil justru dikenai biaya masuk.
Menanggapi hal tersebut, Kabid Pemasaran Disbudpar Banyuwangi, Ainur Rofiq, memberikan klarifikasi pada Senin (27/10/2025). Ia menegaskan bahwa insiden itu hanyalah kesalahpahaman antara penari dan petugas di lokasi.
“Kami sudah konfirmasi ke pengunggah video dan juga koordinator penari. Rombongan itu berasal dari SMK 17 Agustus 1945 Cluring. Saat itu ada dua bus; bus pertama yang membawa sebagian penari langsung masuk tanpa kendala, sementara koordinator penari berada di bus kedua,” jelas Rofiq.
Ia melanjutkan, bus kedua sempat berhenti karena koordinator turun untuk menemui penjaga pintu dan membayar biaya parkir kendaraan, bukan karcis masuk penari. Namun, para penari yang masih berada di dalam bus salah paham dan mengira mereka juga diwajibkan membayar tiket masuk.
“Seharusnya parkir satu bus dikenakan tarif Rp20 ribu. Karena ada dua bus, totalnya mestinya Rp40 ribu. Namun, petugas hanya mengenakan Rp20 ribu untuk kedua bus tersebut. Tidak ada pungutan tiket masuk bagi penari,” tegasnya.
Rofiq menambahkan, pengunggah video diketahui bernama Ratu, siswi SMK 17 Agustus 1945 Cluring, sementara koordinator penari adalah Qurotal A’yun dari MTs Cluring. Setelah dilakukan klarifikasi, kedua pihak telah memahami duduk persoalan sebenarnya, dan masalah pun dinyatakan selesai.//////////
