Stok Vaksin Terbatas, Kemandirian Masyarakat Penuhi Kebutuhan Sangat Penting

by -305 Views
Singgih Januratmoko, Anggota Komisi VI DPR RI asal Partai Golkar
iklan aston

Banyuwangi,seblang.com – Kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan  vaksin Covid-19  bagi diri dan keluarganya dinilai sangat penting, mengingat  isu global dan krusial saat ini, ketersediaan vaksin tidak sebanding dengan permintaan dunia. Ungkapan tersebut disampaikan oleh Singgih Januratmoko, Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia  (RI) melalui pesan WhatsApp Minggu (1701/2021).

Menurut  Singgih, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengamankan kebutuhan vaksin Covid-19 bagi rakyat Indonesia. Vaksin yang dibutuhkan diperkirakan mencapai 426 juta dosis vaksin. Salah satu upayanya adalah mengimpor vaksin, salah satunya buatan Sinovac Biotech. Perusahaan farmasi China itu mengembangkan vaksi bernama CoronaVac.

Selain itu pemerintah juga bakal membeli vaksin buatan Bio Farma, Pfizer, Sinopharm, Moderna, dan AstraZeneca. Persoalannya, ketersediaan vaksin global belum mencukupi. Sementara itu, produksi vaksin dalam negeri menurut Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir, baru bisa terealisasi  pada kuartal III tahun 2021, imbuh Legislator kelahiran Sleman, 7 Januari 1976 itu.

Vaksin Merah Putih produk Bio Farma, lanjut  anggota DPR Dapil Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, Klaten dan kabupaten Sukoharjo tersebut  saat ini masih menunggu bibit vaksin atau seed dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada kuartal I-2021. Hal tersebut menjadi perhatian Vaksin merah putih merupakan inisiatif Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) RI dan tujuh lembaga lainnya.

Tujuh lembaga yang terlibat, lima di antaranya merupakan perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia (UI) Jakarta, UGM Yogyakarta, Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Institut Teknologi Bandung (ITB)  Bandung dan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Sementara dua lembaga lain adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan LIPI yang berada di bawah Kemenristek RI.

Singgih juga mendorong Bio Farma dan pihak-pihak terkait, terus melakukan penelitian dan mencari alternatif lain, seperti vaksin maupun obat untuk mencegah dan menanggulangi penyebaran wabah Covid-19. Ia juga mengingatkan keberhasilan program vaksinasi dalam situasi wabah sangat bergantung pada efektifitas program Tes, Telusur, Isolasi, dan Karantina yang ditunjang strategi 5M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak, Membatasi Mobilitas dan Menjauhi Kerumunan).

“Penegakan protokol kesehatan ini sangat penting sebelum terbentuknya herd immunity, masyarakat harus sadar mengenai hal tersebut. Ditunjang dengan ketegasan pemerintah daerah untuk mendisiplinkan warganya dalam menjalankan protokol kesehatan,” imbuh pria yang juga Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) itu.

Tanpa penegakan protokol kesehatan, masyarakat abai dan tidak disiplin serta terus menganggap sepele wabah yang mengakibatkan sulitnya memutus sirkulasi penularan virus, “Menyepelekan wabah membuat warga menjadi kurang hati-hati, yang membuat mereka rentan terpapar virus corona,” imbuh pebisnis ternak ayam yang sukses itu.

Edukasi dan sosialisasi tentang wabah Covid 19 dan protokol kesehatan, menurut Singgih menjadi kunci pencegahan dan penanggulangan, sebelum vaksin Covid-19  benar-benar tersedia untuk seluruh rakyat Indonesia.

Ia menambahkan pemahaman yang kurang tepat terkait wabah Covid-19 membuat masyarakat menjadi panik, “Justru kepanikan dan ketakutan masyarakat itu membuat imunitas tubuh menurun,” jelasnya.

Masyarakat membutuhkan informasi yang utuh dan benar, mengedukasi dan membangkitkan kesadaran berpikir positif. Misalnya khabar dari para penyintas mengenai virus tersebut, “Bagaimana proses para penyintas sembuh bisa memotivasi masyarakat dan mengenali virus corona dengan baik,” kata Singgih.

Politisi Partai Golkar terseut melihat yang terjadi saat ini justru sebaliknya, berbagai pemberitaan yang menakutkan dari media massa maupun media sosial dan diulang-ulang oleh masyarakat sehingga bisa memicu ketakutan massal, yang justru kontraproduktif bahkan bisa mengancam kelangsungan kegiatan perekonomian masyarakat.

“Selain itu, masyarakat juga cenderung melihat wabah Covid-19 seperti flu biasa, yang membuat masyarakat menganggap remeh terhadap wabah yang belum ditemukan obatnya tersebut. Kami meminta pemerintah dan media massa tidak berhenti melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat, sehingga semua pihak lebih berhati-hati, waspada dan disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan serta tidak dihinggapi ketakutan dan kecemasan yang berlebihan,”pungkas Singgih.

Wartawan : Nurhadi

iklan warung gazebo

No More Posts Available.

No more pages to load.