Belajar Sejarah Seni Batik Khas Banyuwangi dari “Mbah Sum” Pembatik Tertua yang Usianya Hampir Seabad

by -2256 Views
iklan aston
iklan aston iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Batik selama ini dikenal sebagai salah satu warisan Nusantara yang mendunia. Bahkan, saking ikoniknya, batik ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.

Nah! Jika bicara tentang batik, Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari Temenggungan, sebuah wilayah di jantung kota yang merupakan sentra batik paling tua di Banyuwangi.





Konon, ketika terjadi perpindahan pusat pemerintahan Kadipaten Blambangan dari daerah Ulupampang (Muncar) ke hutan Tirtaganda pada tahun 1774, Temenggungan merupakan kampung pertama yang di bangun.

Kampung ini terletak di belakang Kadipaten Blambangan atau jika masa kini Pendopo Sabha Swagata Blambangan. Kampung Temenggungan merupakan tempat bermukimnya para pejabat pemerintahan pada masa itu.

Menurut penuturan beberapa pebatik Banyuwangi, sejak 1950-an di Temenggungan Banyuwangi banyak ditemui perajin batik. Hampir setiap rumah di situ adalah perajin batik. Di sanalah usaha Batik Banyuwangi berawal.

Jejak Temenggungan sebagai Kampung Batik pada masa lalu masih bisa dilihat pada seorang pembatik tertua di Banyuwangi yang mungkin juga di Indonesia .

Dia adalah Kulsum (94) yang hingga kini masih eksis terus berkarya.

Saat seblang.com berkunjung, terlihat asap mengepul dari tungku perapian tradisional di samping rumahnya yang berlokasi di Lingkungan Gajah Oling, Kelurahan Temenggungan Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi.

Nenek yang akrab disapa Mbah Sum ini tengah sibuk dengan rutinitas kesehariannya, yakni membatik tulis dengan aneka motif khas Banyuwangi mulai pagi hingga sore.

Mbah Sum mengaku mewarisi keahlian membatik dari orang tua dan nenek buyutnya. Ia menekuni membatik sejak kelas V SD pada zaman pendudukan Jepang.

Menurutnya, Batik khas Banyuwangi memiliki beberapa motif. Selain Motif Gajah Oling ada juga motif Kangkung Stingkes, Paras Gempal, Kopi Pecah, Motif Kecaruk, Motif Wahyu Temurun, dan Sekar Jagad.

 

“Motifnya ini sudah turun menurun. Tetapi motif Gajah Oling  yang paling terkenal dan telah menjadi ikon Banyuwangi,” kata Mbah Sum yang suaranya masih terdengar jelas meski telah berusia hampir seabad, Rabu (8/3/2023).

Di usianya yang senja, Mbah Sum mengaku mampu menyelesaikan  karya batik tulis Khas Banyuwangi sebanyak dua kain batik selama tiga hari. Pemesannya pun berasal dari dalam hingga luar kota.

“Gubernur Khofifah juga pernah datang ke rumah saya ini. Beliau juga mengajak saya di sebuah seminar dan memperkenalkan saya ke para pejabat lainnya,” ujarnya dengan bangga.

Mbah Sum menasbihkan hidupnya untuk membatik, sehingga pada tahun 2021 lalu, dia mendapatkan penghargaan “Penjaga Tradisi” oleh Yayasan Batik Indonesia di Jakarta.

“Alhamdulillah selama puluhan tahun membatik, semua kebutuhan dapat tercukupi. Cucu saya sukses juga dengan membatik,” pungkasnya./////

iklan warung gazebo