Meriahkan Pementasan Paglak Kecaruk di RTH Karetan! Cara Lestarikan Angklung Paglak Khas Osing

by -399 Views
Masyarakat Osing saat memainkan Angklung Paglak
Girl in a jacket

Banyuwangi, seblang.com – Masyarakat maupun wisatawan yang ingin menikmati kesenian musik Angklung Paglak khas Suku Osing, datang saja ke Pementasan Paglak Kecaruk yang digelar hari ini Sabtu (4/3/2023), di RTH Karetan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi.

Pementasan Paglak Kecaruk adalah puncak dari rangkaian kegiatan pemanfaatan Dana Abadi Kebudayaan Indonesiana kategori “karya kreatif inovatif” yang diperoleh Sanggar Mlati Renonce.

iklan aston

Pementasan yang dimulai pukul 19.00 – 22.00 WIB ini juga sebagai salah satu upaya mengembalikan musik sebagai bagian dari ekosistem ketahanan pangan Masyarakat Banyuwangi.

Forum ini digelar dengan terlebih dahulu mengadakan empat kegiatan penting. Pertama, ritual petik pari, disertai tradisi memainkan angklung paglak, dengan melibatkan para petani dan seniman lokal.

Ritus petik pari sebagai wujud doa atau semacam “memohon berkah” agar rangkaian acara dapat berlangsung dengan baik. Peristiwa itu juga berupaya mengembalikan “tradisi musik” dalam lingkup budaya agraris masyarakat Banyuwangi yang hari ini semakin tersisihkan.

Kedua, mengadakan seleksi pada seniman-seniman Banyuwangi yang memiliki perhatian pada tradisi sebagai pijakan.

Hasilnya, terpilih tiga seniman yang dipandang cakap dalam konteks tersebut, yakni: Achzana Ilhamy, Adlin Mustika Alam, dan Pungki Hartono. Mereka ini, selain intens berkarya seni berbasis tradisi musik Banyuwangi, juga memiliki bekal mumpuni dalam konteks wacana dan ilmu.

Mengenal Angklung Paglak Khas Suku Osing

Angklung Paglak merupakan alat musik yang terbuat dari bambu. Berbeda dengan Angklung yang berasal dari Jawa Barat, Angklung Paglak ini adalah alat musik yang dipukul menggunakan kayu yang dibentuk sedemikian rupa agar bisa menghasilkan suara yang nyaring.

Tidak seperti Angklung pada umumnya yang hanya bisa menghasilkan 1 buah nada, Angklung Paglak mempunyai 5 buah nada dasar atau yang disebut sebagai alat musik pentatonix. Lagu yang biasa dimainkan dengan alat musik ini adalah lagu khas Banyuwangi seperti Cengkir Gading dan Tanah Kelahiran.

Tempat untuk memainkannya pun cukup unik, yaitu diatas gubuk yang tingginya bisa mencapai 10 – 15 meter diatas permukaan sawah mereka. Hal ini bertujuan agar warga disekitar sawah bisa mendengarkan alunan nada yang dihasilkan oleh Angklung Paglak itu sendiri.

Angklung Paglak ini muncul sejak 1880 silam dengan dimainkan di tengah sawah saat musim panen. Masyarakat Suku Using yang kerap disebut sebagai warga asli Banyuwangi biasanya memang saling membantu saat musim panen tiba. Saat ada warga yang sedang panen di sawahnya, warga lainnya guyup membantu.

Nah, angklung paglak ini dimainkan sebagai undangan dari sang pemilik sawah kepada warga agar ikut membantu sekaligus menghibur para petani.///

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.