Pedagang Pasar Banyuwangi Pindah dari Pasar Relokasi Karena Hampir Bangkrut

by -826 Views
Bangunan Pasar Banyuwangi yang sudah dibongkar
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Ketidak jelasan pelaksanaan program renovasi Pasar Induk Banyuwangi mengakibatkan sebagian pedagang pindah dari pasar darurat (pasar relokasi) yang ada di sekitar Gedung Wanita Paramita Kencana ke lokasi area pasar induk Banyuwangi.

Seperti yang terjadi pada Kamis (8/8/2024) siang, para pedagang terlihat membawa sejumlah barang dagangan mereka, dari tempat relokasi sementara di area Gedung Wanita,  menuju ke lokasi area pasar induk Banyuwangi di jalan Diponegoro Banyuwangi. Lokasi tersebut sebelumnya disterilkan dari para pedagang, karena hendak dilakukan renovasi.

iklan aston

Menurut seorang pedagang tempe bernama Selamet, dirinya ikut pindah ke lokasi pasar induk Banyuwangi karena selama jualan di tempat relokasi dagangnya jarang laku. Bahkan pendapatannya turun drastis hingga 70 persen.

“Jangankan untung, bisa kembali modal aja dan bisa untuk makan saja sudah syukur Mas,” keluhnya.

Dengan kondisi yang ada saat ini dia berharap pemerintah daerah setempat memperhatikan nasib mereka dan memberikan fasilitas yang layak agar bisa bertahan hidup.

“Katanya mau dibangun pasarnya, tapi buktinya sampai sekarang tidak ada apa – apa,” tambahnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Hasan, seorang penjual sayuran. Menurut dia semenjak pedagang direlokasi ke area Gedung Wanita, jualannya juga sepi dan nyaris tidak ada pendapatan.

Sehingga dirinya terpaksa ikut bersama pedagang lainnya kembali ke lokasi awal, dengan harapan jualannya bisa kembali laku dan bisa untuk menyambung hidup.

Ketua Paguyuban Pedagang Banyuwangi Joko Tole, Agus Hariyono menyatakan, tempat relokasi ratusan pedagang Banyuwangi yang berada di Gedung Wanita dinilai sudah tidak representatif.

Hal itu terbukti, dagangan para anggotanya banyak yang tidak laku.  Kondisi yang ada tentunya  membuat para kondisi pedagang  semakin sulit dan mengeluh.

Menurut Agus, meski banyak yang dijual, namun justru banyak yang tidak laku. Bahkan seringkali dagangan milik anggotanya yang membusuk karena sudah lama tidak laku.

“Kapan hari ada 3 timba tahu, yang terpaksa dibuang oleh penjualnya, karena sudah masuk kategori busuk. Sementara jika dikembalikan kepada pengepulnya tidak bisa, sehingga anggota kami terpaksa merugi”, jelasnya.

Bahkan, lanjut dia dari 150 lebih anggota Paguyuban Pedagang Banyuwangi Joko Tole, sebanyak 45 persen tidak mampu bertahan dan gulung tikar. Sebab sebagian dari pedagang, modal yang digunakan untuk berjualan berasal dari pinjaman, yang harus dibayar tepat waktu dan saat ini banyak yang tidak bisa membayar hutang mereka.

“Kalau pedagang ini dibunuh pelan-pelan, buat apa pemerintah daerah berjanji akan membangun pasar, jika nantinya tak ada pedagang yang jualan lagi di sini, seperti yang sudah terjadi di pasar wilayah Kelurahan Sobo yang saat ini mangkrak”, tegasnya.

Agus menuturkan apabila pemerintah daerah ada iktikad baik membangun pasar Banyuwangi, maka harus segera dilakukan proses pembangunan. Sebab fakta di lapangan hingga saat ini pasar tersebut hanya dibongkar namun tidak kunjung dibangun.

“Para pedagang sudah siap menanggung resiko, asal pasar dibangun, kita siap pindah lagi ke tempat relokasi. Namun jika tidak, maka para pedagang akan bertahan di sini”, pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, para pedagang di pasar Banyuwangi yang jumlahnya mencapai 150 lebih, sejak 2 bulan lalu direlokasi ke area Gedung Wanita yang lokasinya tidak jauh dari pasar induk Banyuwangi .

Mereka rela direlokasi oleh pemerintah setempat, karena diberi janji manis akan segera dilakukan renovasi terhadap bangunan pasar induk Banyuwangi. Namun berdasarkan pantauan di lapangan, setelah dibongkar, pasar induk Banyuwangi hingga saat ini tidak ada aktivitas pembangunan.//////

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.