Banyuwangi, seblang.com – Di balik rerimbunan pepohonan yang lebat di kaki gunung Raung, terdapat perkampungan kecil yang tersembunyi. Di sinilah tempat tinggal bagi para pegawai perkebunan yang telah menghuni daerah tersebut selama puluhan tahun.
Salah satu dari perkampungan ini dikenal dengan nama Kampung Tlocor, yang secara administratif berada di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Akses menuju kampung ini memerlukan perjalanan melalui jalan makadam yang terjal sepanjang lima kilometer.
“Di sini, terdapat 18 kepala keluarga yang tinggal,” ungkap Kepala Desa Jambewangi, Masykur, saat menyambut kedatangan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang mengunjungi kampung tersebut pada Kamis (22/2/2024).
Dalam kunjungannya, Bupati Ipuk menyalurkan bantuan sembako melalui program “Banyuwangi Berbagi“, sebuah inisiatif kolaboratif antara Kopri Banyuwangi, Baznas Banyuwangi, PUDAM Banyuwangi, dan Bank Jatim. Langkah ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk menekan tingkat kemiskinan ekstrem di ujung timur Pulau Jawa.
“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa seluruh warga Banyuwangi, termasuk yang masih berada dalam kondisi pra sejahtera, mendapatkan manfaat dari program-program pemerintah, bahkan mereka yang berada di daerah terpencil sekalipun,” tegas Ipuk.
Tidak hanya menyalurkan bantuan sembako, Ipuk juga memastikan bahwa masyarakat setempat mendapatkan akses terhadap layanan dasar, seperti listrik, pendidikan, dan kesehatan.
“Di sini, telah dibentuk kelas jauh dari SDN 7 Jambewangi, dengan dukungan guru khusus dari program pemkab ‘Banyuwangi Mengajar’, sehingga anak-anak tidak perlu menempuh perjalanan jauh untuk bersekolah,” jelas Ipuk.
Selain itu, akses kesehatan juga menjadi perhatian. Setiap bulan, petugas kesehatan dari Puskesmas Sempu rutin melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. “Untuk ibu hamil yang sudah mendekati waktu kelahiran, tersedia rumah singgah di bawah, sehingga mereka dapat segera mendapatkan pertolongan medis jika diperlukan,” tambahnya.
Namun demikian, Ipuk juga mengakui bahwa infrastruktur jalan masih menjadi tantangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan anggaran dan peraturan kawasan yang masuk dalam wilayah hutan.
“Meskipun begitu, akses listrik sudah terpenuhi melalui kerjasama dengan PLN, dengan adanya pasokan listrik dari tenaga hidro,” paparnya.
Kehadiran Ipuk di tengah-tengah hutan pinus tersebut mengejutkan warga setempat. Mereka tidak pernah menyangka bahwa rumah mereka akan dikunjungi oleh orang nomor satu di Banyuwangi. “Ini pertama kalinya seorang bupati datang ke sini,” ujar Ginanti, salah seorang warga setempat.
Antusiasme yang sama juga terlihat dari Sugiatin, yang dengan hangat menyambut kedatangan Ipuk. “Semoga Ibu selalu sehat dan dapat memimpin kami dengan baik,” ucapnya dengan logat Madura khas.
Selain ke Kampung Tlocor, Ipuk juga mengunjungi Lingkungan Gunung Emas di Dusun Gunung Raung, Desa Kajarharjo, Kecamatan Glenmore untuk menyalurkan bantuan.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan semua pihak terkait, Ipuk berharap bahwa masalah kemiskinan di Banyuwangi dapat teratasi secara efektif. “Kami bertekad untuk mencapai target nol persen kemiskinan ekstrem di Banyuwangi,” pungkasnya.
Perlu dicatat, tingkat kemiskinan di Banyuwangi telah mengalami penurunan signifikan selama tiga tahun terakhir. Pada tahun 2021, tingkat kemiskinan mencapai 8,07 persen, kemudian turun menjadi 7,34 persen pada tahun 2023, menjadi angka kemiskinan terendah dalam sejarah Banyuwangi. (*)