Banyuwangi, seblang.com – Kota Banyuwangi selain dikenal sebagai daerah yang kaya akan keindahan alam dan seni budaya untuk wisata, juga memiliki banyak tempat keramat yang menjadi jujugan bagi masyarakat yang memiliki tradisi dan budaya mengunjungi wisata religi, Salah satunya Makam Keramat Eyang Putri Atika.
Makam Eyang Atika merupakan sebuah makam yang cukup tua dan berada di bukit Giri lingkungan Krajan kelurahan/kecamatan Giri Banyuwangi. Masyarakat setempat yang akan melakukan hajat menikahkan putra/putrinya, acara khitanan maupun melaksanakan hajatan lain melakukan selamatan dan ritual di makam keramat tersebut.
Menurut Jum’ali, Juru Kunci Makam Eyang Putri Atika Giri banyak masyarakat mulai Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan beberapa kabupaten/kota lain yang melakukan ritual atau tawasul di makam keramat tersebut dan tidak sedikit yang sudah mewujudkan cita-cita dan harapan mereka.
”Untuk peziarah dari Banyuwangi ada salah satu pondok pesantren yang secara berkala pengasuhnya mengajak para santri untuk menggelar ritual dan melantunkan doa di Makam Eyang Putri Atika,”jelas Jum’ali
Kemudian mengutip dari beberapa sumber salah satu makam buyut Dewi Sayu Atika atau Dewi Reni Sekardadu di Bukit Giri kecamatan Giri kabupaten Banyuwangi (sebab makam atau petilasan beliau di tanah Jawa begitu banyak).
Ibunda Sunan Giri Dewi Reni Sekardadu atau Sayu Atika menikah dengan Maulana Ishak maka lahirlah bayi mungil yang kelak menjadi salah satu penyebar Islam di Pulau Jawa, Sunan Giri.
Dewi Sekardadu merupakan sekar kedaton (bunga istana) putri kesayangan Prabu Minak Sembuyu, Raja Blambangan (Banyuwangi). Konon wilaha Blambangan pada jaman itu terjadi pageblug pagi sakit sore meninggal dan sore sakit maka paginya meninggal dunia.
Dan Sekardadu menderita sakit akut yang tak kunjung sembuh maka raja mengadakan sayembara, barang siapa yang berhasil menghilangkan pageblug dan menyembuhkan penyakit sang putri maka dia akan mendapatkan hadiah dijadikan suaminya. Akhirnya seorang alim ulama bernama Maulana Ishak berhasil menyembuhkan sakit yang diderita Dewi Sekardadu.
Kehadiran Maulana Ishak di daerah Blambangan lama-kelamaan ternyata kurang disukai Minak Sembuyu dan para elit Blambangan. Maulana Ishak dituduh mempengaruhi masyarakat sekitar yang kala itu masih memeluk agama Hindu. Ketidakcocokan diantara keduanya menyebabkan Maulana Ishak memilih meninggalkan Blambangan.
Kemarahan Minak Sembuyu juga berujung pada diusirnya Dewi Sekardadu dan para punggawa kerajaan Blambangan diperintahkan membuang sang jabang bayi. Bayi hasil pernikahan Dewi Sekardadu dan Maulana Ishak itu ditempatkan dalam peti yang dipaku rapat kemudian dihanyutkan ke samudera. Sebagai seorang ibu, Dewi Sekardadu tak kuasa menahan rasa sedih dan akhirnya memilih untuk mencari sang buah hati dengan cara apapun.
Dewi Sekardadu tak berhasil menyelamatkan bayinya dan ikut hanyut dalam ganasnya ombak lautan lalu meninggal. Yang unik, hampir dibeberapa daerah Jawa Timur mengklaim ada makam Dewi Sekardadu. Apakah ini wujud kecintaan masyarakat atau rasa empati pada Dewi Reni Sekardadu.
Bagi pecinta wisata spiritual untuk berkunjung ke lokasi Makam Eyang Putri Atika lokasinya sekitar 2 kilometer dari pusat pemerintahan kabupaten Banyuwangi. Mereka bisa lewat tiga jalan yaitu jalan di belakang masjid Baitul Ma’wa lingkungan Payaman Giri, jalan depan Bakso P Cholik dan jalan masuk lewat Pertigaan Giri naik ke barat.
Namun saat ini yang paling mudah dilalui adalah motor melalui jalan di belakang masjid Baitul Ma’wa lingkungan Payaman Giri. Bahkan bagi pesepeda motor untuk di bukit Giri bisa membawa sepeda motor sampai ke lokasi makam.
Kemudian bagi masyarakat yang naik bus melalui jalur utara atau dari arah Situbondo bisa turun di terminal Bus Sri Tanjung Ketapang dan selanjutnya naik ojek menuju lokasi dengan ongkos sekitar Rp. 20 ribu. Atau naik angkotan kota atau taksi ke Terminal Blambangan Banyuwangi kemudian lanjut naik ojek online atau ojek pangkalan.
Bagi masyarakat yang naik kereta api (KA) bisa turun di stasiun Banyuwangi Kota kemudian nyambung dengan naik ojek atau taksi yang banyak parkir sekitar stasiun siap mengantar penumpang ke semua jurusan di sekitar kota Banyuwangi.
Selanjutnya bagi peziarah yang naik bus mereka dari arah Jember bisa turun di terminal bus Karangente Banyuwangi. Untuk menuju lokasi Makam Eyang Putri Atika bisa naik angkot, taksi maupun ojek.
Wartawan : Nurhadi