Banyuwangi, seblang.com – Tentang anggapan bahwa ilmu Lintrik identik dengan Perempuan, juga dibenarkan oleh Ketua Adat Osing Desa Kemiren, Suhaimi. Menurutnya, dalam sejarahnya sejak zaman dahulu hanya sosok Perempuan yang suka menggunakan kartu Ceki itu sebagai media untuk melakukan hal-hal yang bersifat magis.
Pada zaman sekarang ini, secara fakta memang lebih banyak sosok Perempuan yang bermain ilmu Lintrik, baik itu sebagai profesi atau digunakannya untuk kepentingan sendiri
“Kalaupun ada, tetapi jarang sekali yang namanya Dukun Lintrik Laki-laki. Biasanya, ilmu Lintrik yang dipraktekkan oleh dukun laki-laki itu mudah kalis atau luntur. Yang umum yang menjadi Dukun Lintrik adalah adalah Perempuan. Mengapa demikian, karena ilmu Lintrik itu sangat manjur atau hebat bila yang menggunakan atau yang mempraktekkan seorang Perempuan,” jelas Suhaimi.
Lalu, siapa saja sebenarnya Perempuan-perempuan yang menjadi pelanggan atau klien si Dukun Lintrik? “Pelanggan utamanya adalah para pekerja seks komersial (PKS) atau orang-orang nakal lainnya. Dan rata-rata para Dukun Lintrik itu pasti punya pelanggan PKS yang dipegangnya,” kata Suhaimi.
Suhaimi juga membenarkan bahwa ilmu Lintrik itu tidak mudah untuk dipelajari atau dimiliki oleh seseorang. Menurutnya, kebanyakan ilmu Lintrik itu merupakan warisan dari pemilik sebelumnya.
“Kalau sekadar dipelajari tentang bagaiman cara membaca kartunya, atau cara-cara penggunaannya, ya bisa saja. Tetapi untuk mempraktekkannya kan harus dengan mantra. Itu yang tidak semua orang bisa. Biasanya, mantra-mantra itu sengaja diwariskan atau diajarkan oleh pendahulunya kepada orang-orang tertentu yang dipilihnya. Jadi, orang-orang yang punya ilmu Lintrik itu umumnya merupakan pemberian atau warisan dari orang-orang sebelumnya,” ungkapnya.