Banyuwangi, seblang.com – Desa-desa di Banyuwangi terus menunjukkan potensi yang luar biasa. Salah satunya adalah Dusun Glowong, Desa Wringinagung, Kecamatan Gambiran, yang kini dikenal sebagai Kampung Jamur. Dengan fokus pada budidaya jamur, warga desa ini telah menjadi contoh dalam pemanfaatan sumber daya lokal.
Kampung ini memulai perjalanan budidayanya sejak 2006 dengan hanya satu atau dua orang yang terlibat. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak warga yang ikut serta dalam budidaya, meskipun pada awalnya mereka beroperasi secara mandiri.
“Waktu itu masih sendiri-sendiri, sehingga banyak yang kesulitan terutama terkait pemasaran. Akhirnya pada 2016 dibentuk kelompok budidaya, untuk mengayomi para pembudidaya,” kata Sugianto, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Jamur Mekarjaya.
Dengan bergabung dalam kelompok, proses budidaya menjadi lebih terorganisir. Seluruh panen jamur dikumpulkan dan dijual oleh kelompok. Pasar utama untuk jamur dari desa ini adalah Bali, Jember, dan Surabaya.
“Pasarnya sudah jelas setiap hari. Hasil dari seluruh panen jamur dari pembudidaya selalu habis terjual,” kata Sugianto.
Kelompok ini mampu menghasilkan sekitar 500 hingga 700 kilogram jamur setiap hari, dengan total omset mencapai Rp 360 juta per bulan. Namun, mereka tidak berhenti di situ.
“Kami terus berupaya meningkatkan produksi jamur dengan target sampai 20 ton. Saat ini paling banyak sekitar 18 ton,” tambah Sugianto.
Budidaya jamur dilakukan di rumah-rumah warga, melibatkan sekitar 45 kepala keluarga atau pembudidaya. Dalam setiap kelompok, terdapat 6 hingga 8 pekerja, sehingga total sekitar 300 orang terlibat dalam kegiatan budidaya ini.
Selain menjual jamur mentah, kelompok ini juga mulai mengembangkan produk olahan seperti jamur crispy dan lainnya.
Pada program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) Wringinagung, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, mengunjungi lokasi budidaya dan menikmati berbagai olahan jamur dari kelompok ini, termasuk sate jamur dengan bumbu kacang dan risoles jamur.
“Rasanya enak, empuk dan legit. Ini bisa menjadi peluang baru dengan menjual produk olahan. Jadi tidak hanya menjual jamur segar,” kata Ipuk.
“Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh kelompok ini, dengan melibatkan banyak orang dalam proses budidaya jamur,” tambah Ipuk.
Ipuk juga menginstruksikan pada dinas terkait untuk terus melakukan pendampingan, agar produksi dan pasar jamur dari desa ini bisa terus bertambah.
Ini menunjukkan bahwa Kampung Jamur di Banyuwangi telah menjadi model bagi daerah lain dalam memanfaatkan potensi lokal untuk kesejahteraan masyarakat.