Pakem Kesenian Jaranan Buto, Begini Menurut Mbah Selamet

by -1751 Views
Writer: M. Yudi Irawan
Editor: Herry W. Sulaksono
Foto : Mbah Selamet, Tokoh Seni Jaranan Buto, di Plampangrejo. (yud)

Banyuwangi, seblang.com – Nguri-uri sekaligus melestarikan kesenian asli Banyuwangi, Jawa Timur, warga sekampung di Desa Plampangrejo, Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi, patungan mendirikan kesenian Jaranan Buto. Seni jaranan karya Setro Asnawi, yang tercipta pada Tahun 1964 tersebut, diberi nama Suryo Jati Manunggal .

Begitu pemaparan Mbah Selamet, salah satu tokoh pendiri Jaranan Buto di Dusun Ringinpitu, Desa Plampangrejo, saat wartawan seblang com singgah di kediamannya, Senin (5/6/2023) malam.

Saking kepinginnya memiliki kesenian jaranan buto, kakek kelahiran Tahun 1942 tersebut sangat salut kepada warga Dusun Ringinpitu, karena seluruh warga sangat antusias memberikan sumbangsih baik berupa dana maupun pemikiran. Hasil yang didapat, kemudian dibelikan gamelan dan seperangkat alat pementasan jaranan, pada Tahun 2020.

Untuk panjak gamelan, wayang atau penari jaranan ini menurut Mbah Selamet, ditarikan dan ditabuh oleh pemuda dusun setempat. Setahun kemudian jaranan Suryo Jati Manunggal, mulai dipentaskan. Alhasil, dari pementasan atau gebyakkan awal di Tahun 2021, jaranan tersebut menuai antusias dari warga, karena pertunjukkannya cukup bagus, sesuai pakem.

“Jaranan ini berdiri pada Tahun 2021, dan sudah kami daftarkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi,” jelasnya.

Untuk pakem jaranan buto, menurut Mbah Selamet yang juga pemain kesenian Ludruk ini, dari tariannya memakai pakem tari lincak gagak . Penari memakai kostum kesatria, dengan riasan layaknya wayang raksasa atau buto. Menunggang kuda yang juga bergambarkan wayang jenis butakala, termasuk barongnya.

Untuk waktu awal pementasan, ditarikan 6 penari yang disebutnya jejer enem, kemudian jejer papat, terus tari perang barong, dan ditutup tari perang celeng.

“Setahu saya ini pakemnya. Kita selalu pakai pekem ini saat pementasan. Kalau disela pementasan ada tarian lain, dan lagu – lagu itu masuk isen-isen atau selingan,” terangnya.

Sejak awal berdiri, jaranan ini sering mendapatkan job pementasan dari warga. Karena sukses mendirikan kesenian, jarana ini terus dikembangkan oleh Ponirin, selaku pimpinan kesenian yang juga warga setempat.

Di akhir wawancaranya Mbah Selamet berharap, kesenian Jaranan Buto tetap lestari dan diminati masyarakat. Untuk menjaga marwah seni jaranan ini pihaknya berpesan, pakem kesenian apapun harus tetap diterapkan, agar marwah seni budaya tetap terjaga.

“Pakem itu harus diterapkan, agar kelak generasi penerus dapat terus melestarikan seni budaya yang ada,” pungkas Mbah Selamet, menutup perbincangan wartawan.//////

iklan warung gazebo