Dua Tahun Komunitas Osing Pelestari Adat dan Tradisi (KOPAT) Terus Bergerak dan Berkarya 

by -526 Views
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Memasuki tahun kedua sebagai organisasi kemasyarakat (Ormas) yang mandiri Komunitas Osing Pelestari Adat dan Tradisi (KOPAT) yang ada di Lingkungan Talun Jeruk Desa/ Kecamatan Glagah Banyuwangi terus bergerak dan berkarya untuk menjaga memelihara dan melestarikan seni budaya adat istiadat dan tradisi masyarakat Osing ditengah gempuran modernisasi sampai saat ini.

Menurut Sanusi Marhaedi yang akrab disapa Man Usik, Salah Seorang Tokoh Pendiri KOPAT Banyuwangi, saat ini pihakya fokus untuk turun ke beberapa sanggar tari yang ada di Banyuwangi sambil membangikan buku-buku karya seniman dan budayawan yang tergabung dalam KOPAT.

iklan aston

Dia menuturkan meskipun tersendat, saat ini pihaknya berupaya menuntaskan karya Sendratari “Temurune Dewi Sri”, karena Banyuwangi belum memiliki sendratari yang paten yang berhubungan dengan pertanian yang langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat. Sedangkan tari-tari yang lain seperti Jaran Goyang dan Layangan Pedhot tidak langsung menyentuh kehidupan masyarakat.

Selanjutnya KOPAT akan meresmikan beberapa pengurus cabang yang ada di beberapa wilayah kecamatan antara lain; Cluring, Songgon dan Kecamatan Licin, dimana Masyarakat Osing tinggal dan berbaur dengan warga masyarakat yang lain, imbuh Budayawan asal Glagah tersebut.

“Kami juga akan melakukan pendataan desa/kelurahan dan kecamatan yang menjadi domisili Suku Osing. Sampai saat ini tercatat sekitar 15 kecamatan di Banyuwangi yang didalamnya ada masyarakat Osing,” jelas Kang Usik di Base Champ KOPAT pada Rabu (21/09/2022).

Kang Usik mencontohkan untuk Kecamatan Genteng dan Kalipuro Suku Osing hampir separo. Demikian pula Kecamatan Blimbingsari ada sebagian kecil . Adapun wilayah yang banyak ditempati Suku Osing kebanyakan wilayah selatan termasuk Kecamatan Srono.

“Pendataan wilayah yang menjadi domisili Suku Osing termasuk adat tradisinya yang tidak kalah penting akan dihidupkan (jenggirat tangi) setelah sekian lama tergerus modernisasi,” imbuh Kang Usik.

Mantan Aktifis PDI jaman Orde Baru itu menambahkan para tokoh religi Suku Osing juga berupaya melestarikan tradisi perang bangkat. Kemudian gending-gending Osing yang tidak ada pengarangnya akan dibukukan .

Termasuk karya asli Suku Osing batik “Gringsing”, yang diakui sebagai karya masyarakat Bali. Sebenarnya Banyuwangi yang memiliki kekayaan tersebut. Untuk itu perlu anjangsana ke Desa Adat Panglipuran Bali batik yang mahal motif “Grinsging,”.

“Tetapi bukan mahalnya tetapi pesan moral leluhur bisa memberikan judul batik atau motif batik seperti nama Patih Gringsing yang tidak ada lagi selain nama yang ada di Bumi Blambangan Banyuwangi,” pungkas Kang Usik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.