Situbondo, seblang.com – Kelangkaan minyak goreng juga dirasakan masyarakat Kabupaten Situbondo, tepatnya warga Desa Wonorejo Kecamatan Banyuputih, Kamis ( 24/02/2022 ).
Sales yang biasa melakukan pengiriman, kurang lebih satu bulan ini tidak melakukan pengiriman di toko mereka. Hal ini pun dikeluhkan sejumlah toko klontong yang menjual minyak goreng (Migor).
Untuk mendapatkan stok minyak goreng, para pemilik toko harus rela membuang waktunya untuk antre di sejumlah toko Waralaba agar mendapatkan minyak goreng di Kabupaten Banyuwangi maupun di Kabupaten Situbondo.
Yuanita Jeslin, salah satu pemilik toko mengatakan bahwa dirinya harus berangkat pagi hari ke toko Waralaba yang berada di kota Situbondo maupun Banyuwangi. Hal itu dilakukan semata-mata untuk mendapatkan stok minyak goreng agar dapat mengisi dagangannya dengan harga murah yakni harga Rp 14 ribu per liternya.
“Kalau kita tidak datang pagi-pagi kita tidak akan mendapatkan minyak goreng yang kita inginkan untuk di jual lagi di toko kita. Bahkan kita harus berdesakan dan berebut minyak goreng di etalase toko Waralaba bersama pembeli lainnya, demi mendapatkan stok dagangan minyak goreng,” ujarnya.
Dirinya juga mengatakan bahwa untuk minyak goreng setiap liternya, dirinya kembali menjual ke para pembeli dengan keuntungan seribu rupiah.
“Keuntungan kecil ini, diharapkan dapat membantu para pelanggan untuk kebutuhan rumah tangga mereka,” tambah ibu muda yang hobi naik motor trail ini.
Sementara itu, Kepala Bidang Dinas Koperasi dan Perdagangan (Kabid Diskoperindak) Kabupaten Situbondo, Ruben Pakilaran mengatakan, dirinya seringkali melakukan kontrol langsung ke setiap pasar di Kabupeten Situbondo, dan Intens melakukan komunikasi terhadap semua Distributor di Kabupaten Situbondo.
“Distributor disini kan ada empat, di wilayah kota ada Tiga, dan di daerah Barat Besuki satu,” Ujarnya.
Kata Ruben, dari empat distributor tersebut, dalam satu minggu biasanya mendapatkan minyak dari pabrik hingga 10 ton. Nah dari distributor itulah, migor diecer ke setiap toko, itupun tidak langsung dihabiskan dalam satu hari. Tetapi diecer, agar masyarakat tidak tambah kebingungan. Sebab kebutuhan masyarakat terhadap migor cukup banyak.
“Mekanisme yang digunakan itu, migor sengaja dibatasi, dalam satu orang harus dapat dua dalam satu kali pembelian, tidak boleh lebih, Agar yang lain juga dapat,” imbuhnya.
Menurutnya, hasil pengamatan terkait dengan kelangkaan migor yang sering dikeluhkan masyarakat dalam beberapa bulan terakhir ini. timbul dari ketidak lancaran pabrik. Sehingga merembet kepada beberapa toko yang sering kehabisan stok.
“Sekarang memang tidak lancar, entah apa yang menjadi penyebabnya kami juga belum paham,” imbuh Ruben.
Selain itu, untuk menyikapi keluhan masyarakat, salah satu distributor merencanakan akan menjual kemasan migor, dengan harga yang lebih murah lagi.
“Itu masih dalam perencanaan dan akan disampaikan kepada bupati. kalau jadi, harganya bisa sekitar Rp 12 ribu. Tetapi, tidak sampai satu liter, paling hanya 900 mililiter,” pungkas Ruben.