Kisah Sejarah Kelam Tewasnya 62 Pemuda Ansor di Lubang Buaya Cemetuk

by -1192 Views
Monumen Pancasila Jaya di Cemetuk
Girl in a jacket

Banyuwangi, seblang.com – Monumen Lubang Buya Cemetuk atau juga disebut Monumen Pancasila Jaya adalah saksi bisu tewasnya 62 pemuda Ansor dari Muncar tanggal 15 Oktobe 1965. Namun hingga kini cerita di balik peristiwa masih menjadi tanda tanya dan cenderung simpang siur.

Seblang.com mendapatkan cerita dari Nuryadi (50) warga Dusun Krajan, Desa Cluring, Kabupaten Banyuwangi mantan Sekdes Cluring PreodeTahun 1995 sampai Tahun 2001. Ia menceritakan peristiwa kelamyang terjadi 55 tahun lalu berdasarkan keterangan saksi hidup yang ditemuinya.

iklan aston

Menurut dia hari itu ada rombogan para pemuda dari Muncar hendak ke wilayah Karang Asem (kini menjadi Desa Yosomulyo Kecamatan Gambiran). Peristiwa ini terjadi Tanggal 18 Oktober 1965 silam. Sesampainya di pertigaan Cluring, mereka bertanya arah Karangasem ke petugas penjaga pos OPR (Istilah OPR kini menjadi Hansip).

Kemudian petugas ini mengarahkan rombongan itu ke arah Jajag. Setibanya di Karang Asem, para pemuda tersebut dikepung oleh pihak musuh, para pemuda ini terhambat batang pepohonan yang sudah ditebangi. Diduga terjadi serangansehingga para pemuda lari ke arah timur (Cemetuk,red), sebagian meninggal dunia, dan mayatnya tercecer di jalan.

“Jenazah para pemuda tercecer di pinggir jalan, ada juga yang selamat dari peristiwa kelam itu. Kemudian, jenazah – jenazah itu dikumpulkan di rumah ketua perguruan PKI yang ada di sini, kemudian dimasukkan ke 3 lubang,” jelas Nuryadi (50) yang bercerita berdasarkan keterangan saksi hidup.

Tiga hari kemudian lanjut Nuryadi, korban pembantaian ini dikembalikan ke keluarganya diangkut menggunakan truk. Namun sayang, data para korban pembantaian itu hingga kini belum diketahui.

“Dikembalikan ke keluarganya. Mereka Pemuda Ansor. Lubang Buaya di Cemetuk terdapat 3 lubang. Masing – masing berisi 10, 10 dan 42 jenazah. Di monumen itu di tulis 62 Pemuda Pancasila, juga terdapat replika peristiwa kelam saat itu,” pungkas Nuryadi, Kamis (01/10/2020).

 

Wartawan : M. Yudi Irawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.