Malang, seblang.com – Program Sekolah Unggulan di Kabupaten Malang memasuki fase evaluasi akhir. Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LPPP) Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. Hardika, M.Pd., menegaskan bahwa penguatan karakter akademik dan sistem sekolah menjadi kunci utama keberhasilan program yang telah berjalan sejak Oktober 2025 tersebut. Hal itu disampaikannya dalam Workshop Evaluasi dan Refleksi Program Sekolah Unggulan yang digelar di El Hotel Karangploso, Selasa (9/12/2025).
“Ini lebih pada penguatan karakteristik akademis dan karakteristik sekolah unggul secara utuh. Ibarat membangun rumah, saat ini kita sedang memperkuat fondasinya,” ujar Prof. Hardika.
Dalam pemaparannya, Prof. Hardika menjelaskan bahwa UM telah melakukan pendampingan langsung di lapangan pada hari-hari terakhir workshop. Pendampingan itu sekaligus memastikan peserta memiliki pemahaman yang kuat terhadap 11 item penguatan yang diterapkan di 7 SD dan 10 SMP sasaran program.
“Instrumen evaluasi kami mengukur keseluruhan pemahaman guru, kepala sekolah, dan tenaga pendidik terhadap konsep sekolah unggul secara menyeluruh,” jelasnya.
Ia mencontohkan hasil penilaian pada aspek Renstra (Rencana Strategis), di mana beberapa sekolah memperoleh skor tinggi, yakni 88 hingga 90. Menurutnya, ini menunjukkan pemahaman yang sudah mulai terbentuk, namun masih membutuhkan penguatan lanjutan.
Prof. Handika menegaskan bahwa Renstra merupakan materi fundamental dalam membangun sekolah unggul.
“Rencana strategis itu menjadi landasan kerja. Pak Kadis tadi menyebutnya kompas, dan kami menyebutnya pedoman yang harus terus dibuka. Semua program wajib mengacu pada Renstra untuk 4–5 tahun ke depan,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa seluruh langkah sekolah tidak boleh menyimpang dari pedoman tersebut karena itu merupakan kesepakatan bersama dalam penguatan sekolah unggulan.
Workshop ini juga menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk penguatan lanjutan pada tahun 2026.
“Ada beberapa kesimpulan. Mana yang perlu diperkuat, mana yang harus ditambahkan, dan mana yang perlu diperdalam,” ujar Prof. Hardika.
Ia menegaskan bahwa beberapa materi masih membutuhkan penguatan bertahap, seperti pemahaman tentang karakter sekolah unggul, peran guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, hingga peran siswa dalam pembentukan budaya mutu.
Evaluasi ini, lanjutnya, merupakan bagian penting untuk pelaporan kepada Pemerintah Kabupaten Malang.
“Ini disusun sebagai laporan resmi kepada Bupati Malang dan Dinas Pendidikan sebagai otoritas penyelenggara,” jelasnya.
Tantangan terbesar dalam implementasi program ini adalah perubahan pola pikir.
“Sekolah unggulan itu mindset baru. Artinya, kita berurusan dengan karakter guru, kepala sekolah, dan para siswa. Itu butuh pembiasaan,” tegas Prof. Hardika.
Ia mencontohkan beberapa hal yang harus dibangun sebagai kebiasaan: guru hadir tepat waktu setiap hari, pembelajaran aktif dan efisien, tidak ada kelas kosong, materi pembelajaran dipersiapkan sehari sebelumnya, serta rapat kedinasan tidak boleh mengganggu proses belajar.
Meski tidak bisa melihat hasil besar dalam waktu singkat, Prof. Hardika optimistis perubahan akan terlihat secara bertahap.
“Kami harus optimis. Walaupun tidak bisa diambil hasilnya dalam waktu dekat, UM tetap bisa melakukan pemantauan di luar program ini melalui kegiatan pengabdian masyarakat,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa UM memiliki ruang untuk melakukan pendampingan tambahan secara parsial di sekolah-sekolah seperti SD Ngantan, SD Turen, dan lainnya.//////////












