Salah satunya adalah Aleksei, turis asal Rusia, yang datang bersama pasangannya. Ia menyebut Keboan Aliyan sebagai pengalaman budaya yang sangat autentik dan menarik.
“Tradisi seperti ini sangat berkesan. Tidak hanya unik, tapi juga menunjukkan bagaimana masyarakat menjaga budayanya secara serius. Ini sangat menarik bagi wisatawan,” ujarnya.
Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, yang hadir dalam acara tersebut menyatakan bahwa Keboan Aliyan adalah salah satu bentuk sumber daya budaya yang bisa dikembangkan menjadi kekuatan ekonomi lokal.
“Kegiatan ini punya dampak besar bagi pariwisata. Banyak UMKM ikut tumbuh karena ada pergerakan wisatawan, dan masyarakat tetap guyub menjaga tradisinya,” ujarnya.
Sejak Jumat (27/6/2025), suasana Desa Aliyan sudah ramai oleh berbagai rangkaian kegiatan, mulai dari bazar UMKM hingga panggung kesenian. Ini menjadi pelengkap daya tarik budaya yang menyatukan ekonomi kreatif dan pariwisata berbasis masyarakat.
Keboan Aliyan diyakini berasal dari masa Kerajaan Blambangan, dan merupakan warisan tokoh adat Buyut Wongso Kenongo. Makamnya berada di Dusun Cempokosari. Hingga kini, masyarakat Osing Desa Aliyan terus menjaga tradisi ini sebagai bagian dari identitas budaya dan kekuatan lokal yang menghidupi./////
