
“Ketangguhan ekologis adalah bagian dari ketangguhan daerah. Dari ekosistem yang lestari lahir masyarakat yang tangguh, ekonomi inklusif, dan masa depan berkelanjutan. Ayo nandur, nandur, dan nandur,” tegas Khofifah.
Menurutnya, lingkungan yang sehat dan lestari merupakan fondasi penting bagi pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan. Melalui gerakan “Ayo Nandur”, Pemprov Jatim ingin menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah.
Festival ini diisi dengan penanaman mangrove, pelepasan burung air, tebar benih kepiting, pengobatan gratis, serta edukasi lingkungan bagi pelajar. Selain itu, ada pameran produk hilirisasi mangrove, fashion show batik pewarna alam, dan Mangrove Harmony Ride sebagai kampanye gaya hidup rendah emisi.
Dengan tema “Jatim Tangguh Terus Bertumbuh”, kegiatan ini menegaskan komitmen Jawa Timur memperkuat ketahanan wilayah dan pembangunan hijau sejalan dengan visi “Gerbang Baru Nusantara” serta target nasional Net Zero Emission 2060.
Berdasarkan Peta Mangrove Nasional 2024 KLHK, Jawa Timur memiliki kawasan mangrove seluas 30.839,3 hektare, atau 48,38 persen dari total mangrove di Pulau Jawa—terluas di Jawa. Dalam empat tahun terakhir, luasnya meningkat 3.618 hektare (13,29 persen).
“Melalui program Mangrove Lestari, kami berkomitmen memperkuat ketahanan lingkungan dan berkontribusi terhadap target Net Zero Emission 2060. Ini ikhtiar menjaga bumi bagi generasi mendatang,” ujar Khofifah.
Ia juga menekankan pentingnya keseimbangan antara manfaat ekologis dan ekonomi. Kini, ekosistem mangrove di Jatim dikembangkan menjadi basis ekonomi masyarakat melalui hilirisasi produk, ekowisata, dan pengelolaan hasil pesisir berbasis komunitas.
“Ekologi yang tangguh menopang ekonomi yang tumbuh. Masyarakat pesisir harus mendapatkan manfaat ekonomi dari mangrove yang mereka rawat,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Pemprov Jatim memberikan Apresiasi Gubernur kepada pihak-pihak berkontribusi dalam pelestarian mangrove dan penurunan emisi, serta menyerahkan dukungan Program Mangrove Lestari dan beasiswa GenBI dari Bank Indonesia.
Khofifah menegaskan pelestarian lingkungan memiliki kaitan erat dengan ketahanan wilayah terhadap bencana. Kerusakan ekosistem dapat meningkatkan risiko abrasi, banjir rob, dan bencana hidrometeorologi. Karena itu, penguatan fungsi ekologis mangrove menjadi bagian penting strategi pengurangan risiko bencana di Jawa Timur.
“Melalui langkah nyata seperti penanaman mangrove, pemulihan ekosistem, dan inovasi energi bersih, kita sedang menata masa depan Jawa Timur yang hijau, tangguh, dan terus bertumbuh,” ujarnya.
Gubernur perempuan pertama Jatim itu juga mengajak masyarakat untuk terus menanam dan memelihara mangrove, bukan sekadar sebagai tanaman, melainkan simbol kehidupan dan harapan bagi generasi mendatang.
“Festival ini adalah gerakan bersama untuk meneguhkan komitmen menjaga kelestarian ekosistem mangrove. Dari pesisir inilah kita menanam harapan bagi bumi yang lebih hijau dan masa depan yang lebih tangguh. Sekali lagi, ayo nandur, nandur, dan nandur,” ucapnya.
Semangat pelestarian lingkungan di Festival Mangrove VIII turut digaungkan oleh Kaka Slank, musisi yang dikenal peduli terhadap isu lingkungan. Ia ikut dalam Mangrove Harmony Ride dan memberi pesan inspiratif kepada masyarakat, khususnya generasi muda.
“Kalau kepala daerahnya kayak Bu Khofifah, saya yakin cita-cita Jatim Lestari bisa tercapai. Menanam mangrove itu investasi surga. Investasi bukan melulu soal uang, tapi menanam pohon, apalagi mangrove, itu investasi surga,” ujar Kaka.
Kepala Dinas Kehutanan Jatim Jumadi menambahkan, pada 2025 Pemprov Jatim bersama mitra melaksanakan rehabilitasi mangrove dan asosiasinya seluas 85,1 hektare di berbagai pesisir, dengan potensi serapan karbon 3.435,49 ton CO² ekuivalen.
“Capaian ini menunjukkan kuatnya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam menjaga ekosistem mangrove,” kata Jumadi.
Program Mangrove Lestari merupakan implementasi dari Misi Kesembilan Nawa Bhakti Satya, yaitu “Jatim Lestari”, yang menegaskan komitmen pemerintah menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan ekologis.
Festival Mangrove VIII mendapat dukungan dari berbagai pihak, di antaranya KLHK, Pemkab Bangkalan, Bank Indonesia Jatim, TNI AL, Komando Armada II, M4CR, IKA Unair, YAGASU, Bank Jatim, PLN UID Jatim, PT Petrokimia Gresik, PT Semen Indonesia, Perhutani Divre Jatim, PDTS Kebun Binatang Surabaya, PT Avia Avian, PT Telkom Regional III, serta sejumlah komunitas dan perguruan tinggi peduli lingkungan.
(/ady)*












