Banyuwangi, seblang.com – Minggu sore (2/2/2025) itu, suasana di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, begitu meriah. Musik gamelan mengiringi gerakan para penari jaranan yang meliuk-liuk dengan penuh energi.
Beberapa penonton tampak terkesima, sebagian lain sibuk mengabadikan momen dengan ponsel mereka. Namun, siapa sangka, pertunjukan yang seharusnya menghibur justru berujung insiden mengerikan.
Hollutfi (19), seorang pemuda asal Kecamatan Kabat, awalnya hanya berniat menonton dari pinggir arena. Ia tak menyangka akan menjadi bagian dari pertunjukan dengan cara yang tak diinginkannya. Sekitar pukul 16.30 WIB, dua pemain jaranan dari grup Budoyo Mberan Lor tiba-tiba mengarah ke arahnya. Mata mereka kosong, tubuh mereka bergerak liar seperti benar-benar berada dalam pengaruh sesuatu atau roh halus.
Hollutfi tak sempat menghindar. Salah satu pemain mendekat dengan cepat dan tanpa peringatan menggigit telinganya. Dalam hitungan detik, ia merasakan sakit luar biasa. Teriakan kesakitan keluar dari mulutnya saat darah mengalir dari daun telinganya yang terkoyak akibat gigitan.
Orang-orang di sekitarnya terkejut. Beberapa penonton berusaha membantu, sementara pawang jaranan buru-buru menenangkan pemain yang kalap itu. Namun, kerusakan sudah terjadi, daun telinga Hollutfi cuil.
Kapolsek Giri, AKP Budi Mujiono, mengonfirmasi kejadian ini. “Kami sudah mendatangi korban. Saat ini kondisinya sudah membaik, tapi telinganya masih diperban,” ujarnya, Kamis (6/2/2025).
Pertanyaannya, siapakah yang patut disalahkan dalam insiden ini? Pemain Jaranan, Pawang, atau Tuan Rumah penyelenggara kesenian jaranan?
Pasalnya, hingga kini korban belum melaporkan kejadian ini ke polisi. “Kalau korban sudah membuat laporan, kami akan panggil terlapor untuk mengetahui kejadian sebenarnya,” pungkas AKP Budi. ////////