Melihat Produksi Gula Semut Organik di Kaki Gunung Ijen Banyuwangi yang Digemari Kalangan Menengah ke Atas

by -751 Views
Wartawan: Teguh Prayitno
Editor: Herry W. Sulaksono
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Dusun Wonokusumo, Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, yang berada di kaki Pegunungan Ijen menjadi sentra produksi gula semut organik. Produk pangan olahan rumah tangga ini diminati kalangan menengah ke atas.

Seiring meningkatnya kesadaran akan kesehatan, gula semut atau gula kelapa (nira) dari “Tetes Seludang” ini semakin populer. Produk ini tidak hanya enak, tetapi juga memiliki sejumlah manfaat kesehatan seperti mencegah anemia, diabetes, dan meningkatkan daya tubuh.

iklan aston

iklan aston

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, memberikan apresiasi terhadap gula semut ini. “Saya sudah coba, rasanya enak, manisnya kerasa, dan yang penting banyak manfaat untuk kesehatan. Banyak varian rasanya, ada original, jahe merah, jahe putih, dan lainnya,” kata Ipuk.

Kemasan produk yang menarik dengan harganya terjangkau menambah daya tarik bagi pecinta produk organik ini. “Proses produksinya dilakukan secara organik dan higienis. Sudah ada sertifikat halal dan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga),” tambahnya.

Dalam kunjungannya, Bupati Ipuk langsung melihat proses produksinya dan memberikan dukungan dengan memborong gula semut. “Tidak hanya gula semut, di sini juga ada gula jawa, dan varian gula organik lainnya,” kata Ipuk.

Pemkab Banyuwangi turut mendukung industri kreatif para petani dan pengrajin di dusun ini. Mereka memberikan pelatihan, memfasilitasi sertifikasi halal dan PIRT, serta membantu dalam menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan.

Produksi gula semut di dusun ini melibatkan sekitar 20 petani nira dan 15 pengrajin yang tergabung dalam kelompok tani Makmur Bersama. Seluruh proses pembuatan dilakukan secara organik dengan SOP yang ketat.

Salah satu pengrajin, Ahmad Fauzan, menjelaskan, proses pembuatan gula semut sudah ada standarnya. “Semua dilakukan secara organik tanpa bahan kimia atau non sodium metabisulfit,” jelas Fauzan

Setiap pengrajin rata-rata mampu menghasilkan sekitar 5 kg gula semut per hari, menjadikan total produksi harian mencapai 75 kg.

Peminat gula semut ini tidak hanya berasal dari Banyuwangi, tetapi juga dari luar daerah. “Peminatnya banyak dari kalangan menengah ke atas. Ada yang datang langsung ke outlet, pesan online, dan lainnya,” ungkapnya.

Fauzan juga mengungkapkan bahwa produksi gula semut melibatkan anggota keluarga di rumah. Ayahnya mengambil nira, sementara Fauzan dan ibunya bertanggung jawab untuk membuat gula. “Selain gula semut, kami juga memproduksi gula jawa, dan saat ini sedang mengembangkan produk turunannya, susu gula semut,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.