Banyuwangi, Seblang.com – Sepakbola merupakan olahraga yang paling digemari masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia. Ada ribuan bahkan jutaan anak muda yang berlatih keras bermimpi dan berupaya menjadi sepakbola profesional meskipun tidak semua sukses.
Namun ada juga pemain yang memiliki skill yang biasa-biasa saja dan tidak sampai menembus pemain elit di tingkat kabupaten tetapi berhasil dalam dunia yang beriringan dengan sepakbola yaitu menjadi wasit.
Adalah Fuad Qohar salah seorang wasit sepakbola nasional asal Banyuwangi yang sempat menyandang wasit FIFA dan mendapat tugas utuk memimpin pertandingan level internasional yang saat ini masih aktif menjadi wasit dalam Liga Sepakbola Indonesia.
Menurut Fuad panggilan akrabnya, motivasi pribadi menekuni dunia perwasitan berasal dari bimbingan dan arahan almarhum Bapaknya yang memang mantan wasit dan orang yang aktif dalam sepak bola semasa hidupnya.
Ketika duduk di bangku SMA Negeri 1 Giri, pria kelahiran 14 Februarai 1988 itu menyadari untuk menjadi pemain sepakbola skillnya tidak mumpuni. Terus dia berpikir untuk berkaier di sepak bola itu kan tidak hanya pemain bisa menjadi wasit atau pelatih. Karena Nur Hamim (Almarhum) Bapaknya yang waktu itu juga wasit sepakbola yang aktif akhirnya mengarahkan dirinya menjadi wasit,
“Pada saat itu saya masih kelas 2 SMA, kelas 3 SMA saya lulus diarahkan kepelatihan, Pendidikan kepelatihan olahraga di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Di situ kita milih antara pemain, wasit, dan pelatih, diantara ketiganya mana yang lebih cocok. Saya tetap lulus S1 pendidikan kepelatihan olahraga. Akan tetapi profesinya kita mengarah ke wasitnya,” jelas suami Umi Nadiroh itu.
Alumni S2 Unesa itu menuturkan dirinya memulai karir sebagai wasit sepakbola sejak 2008 wasit level nasional. Di tingkat nasional tahun 2009 Divisi III (Tiga), 2010 Divisi Satu, 2011 ada dualisme Kompetisi Sepakbola nasional Liga IPL dan Divisi Utama. Kemudian pada tahun 2012 dan 2013 masuk ke ISL.
“Tahun 2015 seleksi wasit FIFA di negara Malaysia, 2018 penugasan terakhir dan sampai saat ini masih eksis di Liga Satu sepakbola Indonesia,” tambah ayah satu anak itu.
Kunci utama dalam hal ini adalah fisik karena apa modal utama wasit ada fisik . Karena setiap tahun bisa dua kali bisa tiga kali untuk tes fisik itu.Apabila dalam tahapan tes fisik gagal berarti selesai. Artinya setidaknya 1 (Satu) tahun tidak bisa bertugas sebagai wasit yang memimpin pertandingan.
“Tetapi kalau fisik oke baru kita istilahnya adu kompetensi di lapangan, sehingga adu fisik dulu kuncinya. Selain itu, mental karena kita tahu sendiri sepak bola Indonesia tekanan tidak hanya dari dalam lapangan, tetapi dari luar juga ada tekanan,” tambahnya.
Fuad mendambahkan yang terpenting dalam menekuni profesi wassit sepakbola adalah sering-sering berbagi ilmu dan pengalaman dengan junior yang mampu membuat wasit tidak lupa dengan ilmu.
Dimana dengan sharing-sharing yang dilakukan mampu memperkuat dan menambah ingatan ilmu dasar dunia perwasitan. Karena semakin tinggi permasalahan pasti semakin sulit, tetapi tidak jarang kalau semakin sulit, maka yang mudah dan mendasar justru terlupakan.
“Jadi meskipun kita wasit di Liga Satu tidak boleh melupakan yang ada dibawah yaitu Askab PSSI Banyuwangi karena pada dasarnya sebagai anggota apapun semua sama,” pungkas Fuad Kohar.//////