Dosen Uniba Edukasi Pemanfaatan Solar Cells Sebagai Sumber Listrik Pencahayaan Buah Naga

by -704 Views
Wartawan: Febri Wiantono
Editor: Herry W. Sulaksono
Solar cells yang dipasang di rumah warga sebagai sumber energi listrik Untuk pencahayaan buah naga. (ist/dok)
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Dosen Universitas PGRI Banyuwangi (Uniba) yaitu Adi Pratama, M,T. dan Adi Mulyadi, M,T. mengembangkan panas matahari. Teknologi yang dikembangkan ini adalah instalasi pencahayaan dengan memanfaatkan panas matahari (Solar Cells) sebagai sumber energi listrik Untuk pencahayaan buah naga.

Ide kreatif ini diciptakan untuk mendorong terbentuknya agrowisata mandiri energi di Kabupaten Banyuwangi.

iklan aston

Dosen penghimpun mata kuliah Teknik Mesin, Adi Pratama mengatakan saat ini tak sedikit dalam meningkatkan produktivitas buah naga, petani di Banyuwangi melakukan pencahayaan secara ekstra untuk memicu terbentuknya bunga sebagai cikal bakal pembentukan buah.

Menurutnya, pencahayaan tanaman buah naga menjadi hal yang penting untuk mempercepat proses fotosintesis dan meningkatkan produksi bunga sehingga menunjang produksi buah, baik saat musim ataupun saat tidak musim.

“Sedangkan, proses pencahayaan yang masih menggunakan listrik PLN itu  justru menimbulkan permasalahan baru, seperti membengkaknya biaya listrik setiap bulan akibatnya pendapatan petani justru menurun,” katanya, saat dikonfirmasi, Selasa (12/10/2021).

Sementara itu, permasalahan yang dialami oleh mitra, petani asal Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi Bambang Diakrip adalah ketidakmampuannya dalam memberikan pencahayaan secara intens bagi tanaman naga miliknya.

Sehingga, Ia tidak dapat memenuhi kualitas buah naga saat musim maupun di luar musim sepanjang tahun yang disebabkan oleh suplai listrik tidak maksimal untuk pencahayaan tanaman.

“Akibatnya petani tak mampu memenuhi permintaan pasar. Saat ini petani hanya mampu memenuhi 50% dari permintaan buah naga dengan mengeluarkan biaya listrik sebesar 4,800,000 per bulan,” terangnya

Oleh karena itu, teknologi solar cells  diterapkan untuk sedikit mengurangi ketergantungan petani buah naga terhadap suplai listrik dari PLN. Secara teknis penerapannya pun tergolong sederhana.

“Seperti di lahan milik Bambang Diakrip empat buah instalasi panel surya 250 WP dipasang di atap gazebo (lahan 1), dan satu panel surya 500 WP dipasang di atap gazebo (lahan 2),” kata pria kelahiran Tegaldlimo itu.

Kemudian, panel surya dikonversi dengan inverter tiga fasa untuk menyuplai beban lampu. Beban lampu dikendalikan oleh solar charge controller maximum power point tracking (SCC MPPT) untuk tegangan output yang dibutuhkan beban. Sedangkan pengisian panel surya disimpan pada baterai 12 volt. Lampu yang digunakan adalah 170 buah lampu dengan daya masing-masing lampu adalah 10 watt.

“Dengan penggunaan sollar cells, biaya operasional listrik mampu ditekan, hingga sebesar Rp 1,400,000 per bulan. Ekonomi petani meningkat sebesar 95% yang akibat adanya peningkatan panenan. Dengan rata-rata panen musim atau di luar musim adalah 13-15 ton,” jelasnya.//

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.