Tajuk Seblang
Beberapa hari lalu di Kabupaten Blitar dihebohkan oleh pembagian telur dan ayam gratis. Jumlahnya tidak main-main: ribuan!!! Lho kok bisa?
Ternyata, petani di sana ngambul. Ngambek. Daripada rugi ratusan juta rupiah, mendingan rugi ratusan ribu rupiah saja. Toh sama-sama merugi. Harga pakan semakin mencekik leher sementara harga telur semakin merosot.
Beberapa hari sebelumnya dalam kunjungan Presiden Djoko Widodo ke Blitar juga ada seorang petani bernama Suroto diamankan oleh polisi karena membentangkan poster. Isinya minta kapan jagung turun. Hal ini berpengaruh kepada harga telur.
Buntutnya Surtoto bukan dihukum. Ia malah diundang presiden ke Istana. Bukan itu saja. Ia dikirimi berton-ton jagung dan pengirimannya dikawal polisi pula. Ternyata harga pakan ternak tidak tun juga. Malahan terlur sekalian ayamnya dibagikan gratis.
Harga telur ayam yang jatuh ini ternyata “menular” juga ke Banyuwangi. Petani di provinsi paling timur di Jawa ini mengeluh karena harga telur ayam terjun bebas. Sedang harga pakan melambung tinggi tidak terjangkau.
Menurut seorang petani harga telur di pasaran seharga Rp 14 ribu rupiah per kg. Sedangkan harga normalnya ada di kisaran Rp 20-22 ribu rupiah per kg.
Sedangkan harga pakan yang awalnya yang awalnya Rp 330 ribu per setengah kwintal menjadi Rp 348 ribu, atau naik sekitar Rp 18 ribu.
Telur merupakan bahan kebutuhan pokok yang sangat strategis. Agar kejadian di Blitar tidak terulang di Banyuwangi perlu kiranya pemerintah turun tangan. Ada dua langkah yang harus dilakukan, pertama menjaga harga telur tidak merosot dan kedua bagaimana harga pakan tidak naik.
Memang enak dibagi-bagi telur dan ayam. Gratis pula. Tapi jika telur dan ayam telah habis dimasak, mau cari di mana. Pabrik telur atau pabrik ayam pun tidak ada. (*)