Banyuwangi, seblang.com – Suasana haru dan penuh kekhidmatan menyelimuti Dusun Krajan, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, pada Rabu malam (2/7/2025). Dandim 0825/Banyuwangi, Letkol Arh Joko Sukoyo, meresmikan Langgar Walisongo, sebuah tempat ibadah yang dibangun atas inisiatif pribadinya bersama santri Pondok Pesantren Jagad Sholawat.
Dalam sambutannya, Dandim menyampaikan bahwa pembangunan langgar ini merupakan bentuk rasa syukurnya atas perjalanan hidup yang ia mulai dari tempat serupa. Ia ingin menghadirkan kembali ruang spiritual yang bersahaja, terbuka, dan membumi bagi masyarakat.
“Saya bisa menjadi seperti sekarang ini, awalnya dari langgar. Di tempat seperti inilah saya dulu belajar ngaji dan sholat. Maka langgar ini bukan hanya bangunan, tapi pengingat agar saya tidak lupa asal-usul,” ujar Letkol Joko Sukoyo.
Ia juga menjelaskan, penyebutan “langgar” memiliki makna emosional yang kuat, terutama di kalangan masyarakat Jawa, yang selama ini masih mempertahankan istilah tersebut sebagai simbol pendidikan agama sejak usia dini.
Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada anak-anak yatim yang tinggal di sekitar wilayah Dusun Krajan. Penyerahan santunan dilakukan langsung oleh Dandim sebagai bentuk kepedulian sosial dan ajakan untuk saling berbagi di tengah masyarakat.
“Semoga santunan ini menjadi penyambung silaturahmi dan menguatkan kepedulian kita terhadap sesama. Anak-anak inilah generasi penerus yang harus kita jaga bersama,” tambahnya.
Langgar Walisongo yang dibangun dengan ukuran 6 x 9 meter ini sebelumnya hanya beralaskan tanah dan beratapkan langit. Kini, bangunan tersebut telah berdiri kokoh dan digunakan secara rutin oleh masyarakat untuk kegiatan pengajian, khususnya setiap malam Sabtu.
Selain tempat ibadah, langgar ini diharapkan menjadi pusat kegiatan keagamaan dan kajian-kajian spiritual yang terbuka untuk semua kalangan, tanpa memandang latar belakang ormas keagamaan.
Pengasuh Ponpes Jagad Sholawat, Gus Wahyu Nur Hafifi (Gus Nur), juga menyampaikan bahwa kehadiran langgar ini merupakan simbol keterbukaan, kebersamaan, dan persaudaraan lintas golongan.
“Langgar ini bukan milik satu kelompok. Ini rumah bersama. Kita terbuka bagi siapapun yang ingin menimba ilmu agama, baik dari NU, Muhammadiyah, ataupun yang lain. Yang penting membawa nilai-nilai kebaikan,” ujarnya.
Di akhir acara, Dandim berharap agar langgar ini dapat dijaga keberlangsungannya oleh masyarakat. Ia menegaskan bahwa pembangunan ini adalah wujud komitmennya agar jabatan tidak membuat seseorang lupa akar budaya dan nilai-nilai spiritual.
“Kadang, semakin tinggi jabatan seseorang, semakin mudah lupa asal-usul. Saya tidak mau seperti itu. Langgar ini menjadi pengingat bagi saya dan semoga jadi berkah untuk semuanya,” tutupnya.////////