Banyuwangi, seblang.com – Ratusan Emak-emak di Kecamatan Kalibaru Banyuwangi Jawa Timur meminta Calon Bupati (Cabup) Banyuwangi Nomor 1 Ipuk Fiestiandani untuk melanjutkan Program simultan Banyuwangi Tanggap Stunting (BTS).
Program yang diluncurkan sejak Juli 2022 telah menjangkau ribuan anak di berbagai pelosok desa. Mereka telah teridentifikasi dengan nama dan alamat yang jelas berikut faktor resikonya.
Di Kecamatan Kalibaru, banyak anak yang kini terlepas dari stunting, sehingga para orang tua meminta Ipuk untuk terus melanjutkan program tersebut. Permintaan tersebut disampaikan pada saat emak-emak bertemu Ipuk yang sedang melakukan sosialisasi di wilayah tersebut.
“Terima kasih Bu Ipuk, anak saya sekarang jauh lebih sehat, berat badannya bertambah, dan gizinya tercukupi,” ujar Hidayah (33), salah seorang warga.
Program BTS menyediakan bantuan makanan bergizi tambahan bagi anak yang telah terindikasi stunting. Anak-anak dicukupkan gizinya mulai makanan berimbang yang disalurkan melalui Posyandu. Tidak hanya itu, setiap bulan kader Posyandu jemput bola melakukan pemeriksaan perkembangan pada anak-anak yang terindikasi stunting.
“Bantuan berupa ayam, telur, kacang hijau, dan susu sangat membantu. Anak saya diperiksa setiap bulan di Posyandu dan perkembangan kesehatannya terlihat jelas,” ujar Ummi Kulsum (29), warga lainnya.
Warga berharap agar program ini tetap berlanjut dan berjalan, karena sudah banyak orang tua yang merasakan manfaatnya, terutama dalam meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak mereka yang sebelumnya mengalami stunting.
“Terima kasih, Bu Ipuk, atas program ini. Kami semua berharap program ini bisa terus dilanjutkan. Anak-anak kami sekarang jauh lebih sehat,” ungkap Kulsum.
Ipuk berkomitmen untuk memperkuat program BTS tersebut. Dia mengatakan perlunya penanganan stunting karena bukan hanya terkait masalah kesehatan, namun dampak jangka panjangnya pada pembangunan manusia dan ekonomi bangsa di masa depan.
“Kesehatan anak-anak adalah kunci masa depan. Ke depan program ini akan kami perkuat lagi dengan berbagai program pendukung,” ujar Ipuk.
Lebih lanjut dia menambahkan, penanganan stunting tidak hanya untuk anak balita, tetapi Ibu hamil berisiko tinggi juga menjadi prioritas utama. Ibu hamil terus dipantau oleh petugas Puskesmas untuk memastikan agar tidak ada kelahiran dengan dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Tidak hanya itu, juga ada program Sekolah Asuh Stunting sebagai program yang merangkul siswa dan guru untuk memberikan makanan bergizi bagi balita stunting dan ibu hamil risiko tinggi di sekitar sekolah.
Adapula Gerakan Belanja ke Pasar dan UMKM pada tanggal “Cantik”, yang merupakan program belanja yang dilakukan ASN dan berbagai komunitas memborong beragam produk pangan untuk membantu meningkatkan gizi anak stunting.