“Per hari bisa sampai 8-10 konsumen kalau pas ramai (banyak pengguna jastip). Penghasilan gak tentu, jastip ini (sekali mengantar pesanan) Rp 5 ribu. Untuk penghasilan lumayan tapi saya tidak pernah menghitung. Saya (juga) tidak berpikir tentang jarak karena saya masih belajar usaha, tidak tahu ke depan nanti saya kembangkan lagi,” ucap Mia saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Sabtu (22/6/2024).
Untuk aktivitas jastip itu, dilakukan sesuai kemampuannya bersepeda mengingat fisik dan waktunya yang harus dibagi dengan menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
“Paling jauh saya mengantar pesanan itu dari sekitar rumah di Perumahan Kramat (Kecamatan Sumbersari) sampai Muktisari (Kecamatan Kaliwates), mengantar pesanan kue. Ongkosnya Rp 8 ribu. Saya milih bersepeda karena adanya kendaraan itu saja, ada satu motor tapi dipakai bapak kerja. Bapak kerja jadi guru SD swasta, dan ibu saya hanya Ibu rumah tangga,” ungkapnya.
“Saya bekerja ini sebagai sambilan, biasanya lebih sering siang atau sore, karena saya Alhamdulillah paginya juga kuliah. Saya semester 6 sekarang di Universitas PGRI Argopuro Jember, jurusan Pendidikan Bimbingan Konseling. Sudah mau ujian skripsi. Untuk biaya kuliah Alhamdulillah dapat program beasiswa dari Pemkab Jember. Juga dibantu bapak. Uang dari Jastip ini murni hanya untuk uang jajan dan keperluan lain meringankan beban orang tua,” ulas Mia.