Harapan Petani Desa Segobang Banyuwangi yang Sering Dihadapkan Kesulitan Pupuk saat Musim Tanam

by -550 Views
iklan aston

Banyuwangi, seblang.com – Kenyataan di lapangan yang sebenarnya keberadaan pupuk bersubsidi di pedesaan itu memang langka. Kadang-kadang masyarakat petani kalau mau memupuk tanaman mereka di lahan pertanian kadang tidak ada sehingga sering kebingungan

Ungkapan tersebut disampaikan Sulhak, Salah seorang petani desa Segobang kecamatan Licin Banyuwangi kepada wartawan media ini di rumahnya.

iklan aston
iklan aston

Menurut dia tidak jarang petani sampai harus membeli ke wilayah Rogojampi tetapi dengan meminta bantuan orang lain.”Jadi seandainya dia membelinya itu Rp. 120 ribu karena beli di Rogojampi harganya menjadi Rp. 150 ribu. Itupun kadang-kadang barangnya itu juga nggak ada nunggu sampai 10 hari sampai dengan 15 hari,” jelas Kang Sulhak.

Dia menuturkan masalah klasik bagi petani yang merupakan Wong Cilik di pedesaan, salah satu kesulitan terkait ketersediaan pupuk karena kalau terlambat pemupukan ya padi yang ditanam tidak ada buahnya batangnya menguning kalau dalam bahasa Jawa itu nyebutnya” muncang “.

Selanjutnya terkait dengan anjuran pemerintah agar petani beralih menggunakan pupuk organik, masyarakat di daerah sini penggunaan pupuk organik itu tidak berlaku karena kalau menggunakan pupuk organik itu buahnya lama sehingga masyarakat desa Segobang ada yang memakai tetapi hanya beberapa petani saja, tambah Sulhak.

Kang Sulhak menambahkan kondisi desa Segobang bukan seperti Banyuwangi wilayah selatan jadi untuk setiap harinya ada petani yang tanam padai.”Harapan saya setidaknya setiap bulan tersedia pupuk sebesar 5 ton sampai 10 ton untuk satu desa,” imbuhnya.

Bahkan untuk desa Segobang idealnya itu masyarakat membutuhkan 15 ton satu bulannya. Karena jenis tanaman yang ditanam petani bermacam-macam, untuk saat ini menanam cabai. Masyarakat membutuhkan pupuk bersubsidi yang harga normal sekitar Rp. 120 ribu sementara pupuk non subsidi satu sak Rp 515.000, sehingga pupuk non subsidi jarang masyarakat untuk membelinya.

Menurut Kang Sulhak untuk melihat keseimbangan pupuk dan padi di desanya bisa dilihat pada bulannya. Dimana mulai bulan 10 sampai bulan 12 yang pada saat akan panen itu kondisinya baik dan relatif seimbang.

“Terkadang petani sering dihadapkan kondisi pupuk barangnya sulit dan harganya mahal dan produksinya kurang serta harga jual gabahnya murah. Karena seharusnya harga gabah itu Rp 5.000 per kilogram lebih itu normal kalau di bawah Rp 5.000 hancur petaninya,” pungkas Kang Sulhak.////

No More Posts Available.

No more pages to load.