Banyuwangi, seblang.com – Momen petik laut Muncar, yang rutin diselenggarakan nelayan setempat setiap Tanggal 15 Muharam, mampu menyedot para wisatawan lokal maupun luar daerah Banyuwangi. Ritual larung sesaji untuk _Ngalap Berkah_ agar dijauhkan dari segala marabahaya, dan hasil tangkapan ikan yang melimpah ini disetiap penyelengaraannya dipadati masyarakat, lantaran mereka ikut melarung sesaji di tengah lautan, dan singgah di Sembulungan.
Hal menarik dari ritual tersebut, usai melarung sesaji di titik bertemunya tiga arus Perairan Muncar, ratusan perahu nelayan yang dihias indah ini sandar di pesisir Sembulungan Muncar, untuk menghantarkan dua Penari Gandrung lengkap dengan gamelan khasnya ke Makam Mbah Kalong, yang konon merupakan makam salah seorang tokoh Gandrung Banyuwangi. Di makam ini, para gandrung dan panjak, berdoa. Usai itu, kembali ke Pelabuhan Muncar, bersama para nelayan.
“Setiap petik laut pasti ramai pengunjung. Karena di makam ini masuk dalam prosesi ritual tersebut,” jelas Noviyani Utami, Kepala TNAP (Taman Nasional Alas Purwo) Wilayah II Muncar, Sabtu (13/08/2022).
Menurutnya di Sembulungan Muncar, juga terdapat 31 Bangker atau Goa Jepang, dan 2 meriam yang konon terpanjang se Asia Tenggara, karena moncongnya saja sepanjang 6 meter, produksi pabrik artillery Krupp Essen, Germany Tahun 1900.
“Meriam ini dulunya untuk menghalau serangan udara dan laut. Diproduksi pabrik artelery sejak perang dunia 1. Yang satu tinggal moncongnya, dan yang satu tinggal dudukannya saja. Menurut sejarah, dulu sempat terkena bom,” terangnya.
Pihaknya menambahkan, Sembulungan Muncar dulunya pusat pertahanan dan perdagangan sejak jaman kerajaan hingga kolonial. Saat ini, tempat yang memiliki panorama indah ini dikelola oleh TNAP Wilayah II Muncar.
“Ramainya saat petik laut, kalau hari biasa para wisatawan yang datang untuk keperluan memancing dan ritual, tapi tak sebanyak ini,” paparnya.
Adi (23) wisatawan asal Purwoharjo Banyuwangi salah satu pengunjung mengaku datang di tempat wisata sejarah ini kagum dengan keindahan alam dan keasriannya. Selain itu, dia dan rekannya singgah ke sini, untuk melihat peninggalan sejarah tersebut.
“Alamnya sangat alami dan bersih,” terang Adi.
Untuk menuju wisata ini, dia dan rekan – rekannya naik perahu milik nelayan. Menurutnya, berkah petik laut, juga dirasakan para pemilik perahu kecil ini, karena dengan jasanya mengantar para wisatawan, mereka ketiban rezeki.
“Para nelayan sangat ramah. Kita bisa sampai ke sini berkat perahu – perahu nelayan,” pungkas Adi. ////