Balada Perawat Nadir Kesehatan Di Kampung Si Macan

by -1832 Views

Banyuwangi, seblang.com – Bidang pendidikan dan kesehatan merupakan masalah penting yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam berbagai pemberitaan banyak kisah sederhana yang mengisahkan cerita yang mengharukan tentang para guru dan tenaga pendidik serta tenaga kesehatan (Nakes) yang begitu tulus dan ikhlas mengabdikan dirinya dalam mencerdaskan anak bangsa dan melayani serta memastikan rakyat yang ada di pinggiran mendapatkan layanan yang baik.

Salah satu kisah yang cukup menyentuh hati ketulusan dan keikhlasan seorang perawat, Kholifatul Maghfiroh, 33 tahun, yang akrab disapa Firo. Sudah mengabdi di Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Licin sebagai tenaga latihan kerja (TLK) mulai sekitar tahun 2014 sampai pada tahun 2019 diangkat menjadi tenaga harian lepas (THL) sebagai tenaga hadir (Nadir) kesehatan yang bertugas di daerah pelosok di kampung Kebon Si Macan, dusun Bedengan desa Kluncing kecamatan Licin kabupaten Banyuwangi.

Ibu dua anak kelahiran Banyuwangi 11 Mei 1988 masih rutin menjadi tenaga kesehatan melayani kesehatan masyarakat desa walaupun kontraknya tidak diperpanjang lagi oleh pemerintah kabupaten (Pemkab) Banyuwangi.

Alumni STIKES Banyuwangi tersebut menuturkan kisahnya sebagai tenaga kesehatan yang memberikan layanan bagi masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan dengan naik sepeda melalui jalan yang cukup ekstrim, ada tebing, jurang, jalan berbatu licin dan becek serta tidak jarang harus mencari bantuan orang lain apabila sepeda motornya terjebak jalan yang berlumpur.

“Awalnya kaget, sudah biasa kerja di tempat bagus, semua serba ada, jalannya tidak susah, terfasilitasi, kemudian ditempatkan di daerah terpencil , pelosok semua serba terbatas, dan juga disana tinggal di tempat kos. Untungnya warganya baik-baik, namun kesadaran kesehatan rendah, misalnya kalau mau kontrol harus diingatkan dulu baru mau kontrol,”ujar Firo.

Mengabdi di daerah yang terpencil menurut dia tantangannya kalau sudah malam saat hujan ada pasien nggak bisa jalan minta periksa dengan suka rela kesana naik sepeda motor, gelap-gelapan, dan berkabut kalau hujan, jalan licin. Apabila hari siang pun sama sebagai bentuk layanan akan mendatangi rumah tinggal pasien.”Tempat yang didatangi berupa kampung, jadi beberapa meter kondisi jalan rusak, beberapa meter lagi rata namun tidak bagus kemudian ada tanjakan dan kondisi jalannya berbatu,”imbuh perawat yang pernah bekerja di klinik kecantikan di Banyuwangi itu.

Menyadari latar belakang dia sebagai seorang nakes adalah karena rasa senang dan sudah terbiasa karena merupakan panggilan jiwa. Dalam satu minggu pulang 2 kali sehingga harus berpisah dengan suami dan anak.

”Keluarga sudah mengetahui dan toleransi itu sudah tugas dan kewajiban. Sedangkan untuk komunikasi bersama anak kalau mau vidio call atau telfon harus cari-cari sinyal. Saat ini suami kerja di salah satu BPR, anak yang pertama sudah kelas 4 SD dan yang kecil masih TK. Sehingga saat ini dalam merawat anak dibantu orang tuanya saat pagi diantar ke rumah orang tua dan malam akan dijemput ayahnya untuk tidur dirumah,”jelas Alumni SMA Nurul Jadid Paiton Probolinggo

Sebagai nakes yang langsung bersinggungan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah pelosok di berharap pemerintah Banyuwangi memperbaiki fasilitas jalan dan lebih baik apabila dibangun Puskesmas Pembanti (Pustu). Sebab tenaga nakes masih kos di rumah pak RT yang kamar mandinya berada di luar rumah dan dibawah pohon kopi-kopian. Sehingga apabila tengah malam mau buang air kecil masih bingung antara memegang senter dan payung karena masih terbuka.

“Harapan utama yaitu jalan diperbaiki sehingga apabila ada pasien yang darurat mau ke Puskemas bisa mudah dan dalam melakukan rujukan juga mudah. Sebagian mereka malas turun karena jalannya jelek, jadi terlihat lama ke Puskemas. Mungkin jika kondisi jalan bagus mereka merasa tidak lama dalam perjalanan menuju Puskesmas,” pinta Kholifatul Maghfiroh.

Apabila memungkinkan jika ada Pustu disana, jika masyarakat setempat sakit ringan seperti batuk, pilek dan demam bisa ditangani disana. Namun kalau yang menderita sesak parah harus rujuk ke Puskesmas tidak jarang diangkut menggunakan Pick up milik warga.”Warga disana sangat baik-baik, kalau ada yang sakit mereka saling gotong royong disana, dalam artian mereka memiliki rasa kekeluargaan misalnya ada yang sakit tetangga –tetangga akan membantu mencari pakan untuk hewan ternaknya,”imbuhnya.

Lebih lanjut Perawat yang setia mengabdi di Puskesmas Licin itu menambahkan untuk pengaturan kerja dalam memberikan layanan kesehatan di Kampung Si Macan desa Kluncing pelayanan ada di Puskesmas sampai dengan jam 13.00 -14.00 siang. Namun tengah malam juga masih ada pengobatan apabila ada rakyat yang membutuhkan dalam artian mereka 24 jam standby disana dan pada saat liburpun tidak jarang mereka tetap masuk kerja.

Wartawan Nurhadi

iklan warung gazebo