Banyuwangi, seblang.com – Di masa pandemi Covid-19, sektor pertanian tetap mendapat perhatian khusus dari Pemkab Banyuwangi. Namun disayangkan oleh anggota kelompok tani yang berada di desa Kradenan Kecamatan Purwoharjo Banyuwangi, Edy Santoso yang mengungkapkan telah terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi selama 3 bulan ini
“Memang sangat sulit sekali mendapatkan pupuk subsidi mas,sedangkan pupuk non subsidi harganya Rp.150.000 / per kwintal. Hal ini sangat memberatkan sekali bagi petani kecil kayak kami mas,” ungkapnya
Sejumlah petani di Kabupaten Banyuwangi mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi sehingga biaya sarana prasarana produksi terjadi kenaikan, karena menggunakan pupuk non-subsidi
“Kita membeli pupuk NPK bersubsidi Rp2.000/kg, namun kini menjadi Rp15 ribu/kg karena pupuk non subsidi itu,” kata Edy
Saat ini, kata Edy, harga pupuk non subsidi di pasaran cukup tinggi. “Jika mengandalkan pupuk non subsidi dipastikan petani harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk keperluan sarana produksi itu,” katanya.
Menurut dia, biasanya biaya sarana prasarana produksi sebesar Rp11 juta karena mendapat pupuk subsidi, namun akibat kelangkaan pupuk di pasaran maka bisa menembus Rp15 juta/hektare.
Kelangkaan pupuk bersubsidi tersebut petani mengeluhkan produksi dan produktivitas menurun yang mengakibatkan pendapatan usaha tani merugi.
Kelangkaan pupuk bersubsidi ini diakui oleh Indra (42) distributor pupuk PT.Panen Raya yang berada di Desa . Semenjak tiga bulan ini memang sangat sulit dan langka sekali untuk mendapatkan pupuk subsidi. Pada tahun 2020 ini ia sudah mengajukan sebanyak 113.895 ton melalui e-RDKK, namun untuk wilayah Banyuwangi hanya mendapatkan 38,8 Ton,
“Kami sebagai distributor hanya bisa mengajukan ke pihak pemerintah supaya apa yang di butuhkan para petani bisa terpenuhi . Kami berharap dan berupaya supaya para petani bisa memenuhi kebutuhan pupuknya dengan harga yang terjangkau,” ucapnya Kamis (3/9/20) melalui sambungan telponnya. (ari)