Madiun, seblang.com – Katak adalah binatang amfibi pemakan serangga yang hidup di air tawar dan daratan, berkulit licin, berwarna hijau atau merah kecokelat-cokelatan, kaki belakang lebih panjang, pandai melompat dan berenang. Saat ini ‘katak’ sedang populer dikalangan petani. Namun bukan katak jenis hewan yang dimaksud diatas, melainkan katak dari tanaman, yaitu porang.
Katak hijau (hewan) umumnya diolah menjadi makanan, yakni swike. Oleh karena itu yang laku hanyalah katak berukuran besar. Berbeda dengan ‘katak’ porang. Tidak harus besar untuk memiliki nilai jual. Bahkan semakin kecil ukurannya, semakin tinggi harga per kilonya.
Salah seorang penghobi porang memaparkan harga katak saat ini. Bervariasi, mulai dari 180-350 ribu per kilonya. Adalah Danda Karunia, S. Pd, pria kelahiran Palembang yang saat ini berdomisili di Madiun. Setelah wisuda pada tahun 2018 lalu, Danda langsung terjun ke sektor pertanian untuk mendalami ilmu per-porang-an.
LP
“Untuk isi 700 butir per kilo sekarang tembus 350 ribu, kalau isinya campur, besar kecil 180 ribuan per kilonya, semakin kecil otomatis semakin banyak isinya, jadi semakin mahal,” jelasnya.
Danda menambahkan bahwa harga katak porang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tercatat, tahun 2017 lalu, harga katak hanyalah 70 ribu per kilo. Jika saat ini katak mampu menembus angka 350 ribu, artinya dalam kurun waktu 3-4 tahun, nilainya meningkat kisaran 400%.
Meskipun bergelar sarjana pendidikan, Danda tidak ragu terjun ke dunia pertanian. Hampir setiap hari dirinya berkunjung ke lahan petani porang di madiun. Menurutnya, dengan berdiskusi langsung dengan para petani, akan lebih memperkaya pengetahuannya, terkhusus, tentang tanaman porang.
Berkat keilmuan yang dimiliki saat ini, Danda mampu mengedukasi dan menumbuhkan kesadaran petani di daerah asalnya, Palembang. Orang tuanya dan warga setempat yang dulu hanyalah petani karet, kini sudah memulai membudidayakan porang di lahan pertanian.
Terpisah, salah satu tokoh di desa bodag, Kecamatan Kare Kabupaten Madiun menjelaskan keistimewaan katak saat ini. Adalah Dangkung, Kepala Desa yang juga membudidayakan porang sejak tahun 2000-an lalu.
“Panen katak itu gak boleh dipaksa, biarkan dia lepas sendiri pada saat pohonnya ripah/dorman (waktu istirahatnya porang). Nanti setelah masa dorman 6 bulan, katak itu bisa ditanam lagi,” jelasnya.
Menurut Dangkung, jika katak porang dipetik paksa, tidak bisa dijadikan bibit. Hal tersebut dipengaruhi faktor usia, yang rontok atau lepas sendiri dari pohon, maka itulah yang tua.
Diketahui, satu tanaman porang mampu menghasilkan ± 13 butir katak. Di tengah-tengah adalah katak paling besar, diikuti ketiga cabangnya. Masing-masing cabang akan muncul 4-5 butir katak. Berukuran variasi, semakin ke ujung, semakin kecil kataknya.
Meskipun harga katak saat ini relatif mahal, keberadaannya masih menjadi primadona bagi kalangan petani. Bahkan pemasaran bibit tersebut sudah masuk ke marketplace ternama di Indonesia. Dengan demikian, transaksi jual beli komoditi tersebut akan lebih mudah dan aman.
Wartawan: Anwar Wahyudi