Hal sebaliknya dialami Roni, perusahaan Tahu Jati Wangi di Kelurahan Demangan kota Madiun. Sebelum pandemi covid-19, kapasitas produksi mampu mencapai lebih dari 1 ton. Namun saat ini anjlok drastis hampir 50 persen akibat dampak pasar yang serba sulit.
“Yang terbaru saat ini mas, akibat ditutupnya sementara Pasar Besar Madiun, tahu kami tidak bisa terjual. Apalagi ada isu salah satu pasar di Ngawi juga akan dilakukan penutupan sementara, gak tau lagi ini mas,” ujarnya kepada jurnalis, Sabtu, (9/1/21).
Sebanyak 21 karyawan tetap dipertahankan Roni. Diakuinya saat ini bisa dikatakan kerja bakti, pemilik perusahaan tidak merasakan keuntungan, yang terpenting kesejahteraan karyawan yang menurutnya benar-benar harus pertahankan.
“Kalau pengurangan karyawan itu bisa saja, tapi nurani kita dimana to mas, dulu pas jaya ikut membangun dan membesarkan, giliran kolaps masak harus ditendang?,” tambahnya.
Terlepas dari perusahaan tahu yang survive maupun kolaps, para pengusaha berharap turunnya kembali harga kedelai impor sebagai bahan baku utama. Sebab, jika kondisi masih seperti ini atau bahakan lebih parah, dipastikan tumbangnya pabrik tahu di kota madiun satu persatu.
Wartawan : Anwar Wahyudi











