Lebih lanjut Alumni Fakultas Sastra Universitas Jember mengungkapkan apabila boleh menyarankan pada semua pihak pemilu itu bagian dari demokrasi, maka apapun harus upayakan agar pemilu itu berjalan dengan baik. Lalu terbentuk satu pemilih yang rasional, memilih calon pemimpin harus melihat dengan secara kompleks, pemilih rasional ini harus diupayakan agar pemilih rasional itu terbentuk.
Namun Andang memang tidak terlalu yakin pendidikan politik masyarakat tidak berjalan dengan baik. Sehingga masih sering disana-sini menemukan fakta bukan pemilih rasional, bukan wacana yang rasional tapi wacana yang fragmatis dan emosional, wacana fragamatis yaitu wacana uang yang ”wani piro” kira-kira seperti itu.
“Padahal menuju politik yang baik adalah politik gagasan bukan politik uang, transaksi uang atau material melainkan transaksi gagasan,” jelas pria berkacamata minus itu.
Apabila masyarakat tidak memiliki preferensi yang rasional, maka dia akan enggan untuk datang memilih. Hal itu sangat kompleks, dengan adanya preferensi yang dimiliki masyarakat, maka masyarakat akan memiliki sosok atau figur rasional yang menarik bagi mereka.
“Jadi ini tugas semua pihak termasuk kampus juga memberikan preferensi bagi masyarakat supaya mereka tertarik untuk datang memilih. Lebih khusunya Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) agar profesional dalam men jalankan tugas dan kewajiban sebagai penyelenggara agar partisipasi itu baik, prosesnya baik, dan ujung dari proses itu menghasilkan pemimpin yang baik,” pungkas Andang.
Wartawan : Nurhadi











