Catur mengaku penghasilanya menjadi pedagang roti keliling tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Terlebih ketiga anaknya masih mengenyam bangku sekolah.
“Anak saya empat. Yang pertama sudah lulus sekolah SLB. Yang kedua kelas 3 SMA, yang ketiga ikut pak leknya dan sekolah di Bali, dan yang keempat masih kelas 2 SD. Jika tidak bekerja terus siapa yang membiayainya,” ujar Catur.
Karena penghasilannya yang tak menentu, Catur menyiasati memenuhi kebutuhan keluarga dengan menabung disaat daganganya ramai. Walaupun, omset penjualannya di bawah Rp. 50 ribu.
“Kalau normal Rp. 15 – 20 ribu. Kalau ramai bisa Rp. 50 ribu,” ungkapnya.
Catur juga dibantu istrinya untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan menjadi buruh cuci atau setrika, jika ada orang yang menyuruh. Sedangkan anak yang keduanya, juga ikut membantu berjualan di kala tak bersekolah karena sistem daring.
“Saya juga mendapatkan bantuan PKH dari pemerintah,” ungkap Catur.
Di tengah keterbatasan dan semangat hidupnya, Catur hanya memiliki keinginan sederhana. “Yang saya inginkan hanya dapat jualan dengan lancar untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” pungkasnya.//











