Banyuwangi, seblang.com – Pada saat melakukan liputan musibah teggelamnya KMP Yunicee di selat Bali beberapa hari lalu, Wartawan media ini menyempatkan untuk melihat kondisi kapal landing craft tank (LCT) Putri Sritanjung yang sandar di belakang kantor Desa Ketapang Kecamatan Kalipuro Banyuwangi pada Rabu (30/06/2021).
Untuk menuju ke tempat sandar kapal LCT Putri Sritanjung yang dibeli dengan dana rakyat Banyuwangi sebesar Rp. 7,5 miliar pada zaman bupati Samsul Hadi (Alm) melalui jalan yang ada di sebelah utara kantor Desa Ketapang.
Setelah melalui gang sempit khas perkampungan kawasan kapal LCT Putri Sritanjung yang sandar di kawasan pantai kelurahan Bulusan Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi kondisinya sangat mengenaskan.
Bangkai kapal yang berada di belakang kantor Desa Ketapang terlihat sebagai besi tua besar yang teronggok di pinggir pantai. Bagai rongsokan besar yang tidak menarik dan puluhan tahun tidak mampu mengusik pemerintah kabupaten (Pemkab) Banyuwangi sebagai pemilik untuk mengurus dengan baik.
Melihat Sritanjung dari sisi barat terlihat pemandangan laut yang mengingatkan pada sejarah kapal LCT Putri Sritanjung beberapa tahun melayani masyarakat Bali dan Banyuwangi dan masyarakat Indonesia umunnya yang menggunakan jasa penyeberangan Landing Craft Machine (LCM) Ketapang-Gilimanuk.
Dalam catatan perjalanan sejarah LCT Putri Sritanjung mampu menjadi salahsatu kapal yang bertahan dalam persaingan perusahaan pelayaran dan mengarungi ganasnya ombak dan arus selat Bali yang dikenal dengan berbagai misterinya.
Selanjutnya mendekat pada kapal Sritanjung yang kondisinya patah di tengah dan sebagian badan kapalnya bersentuhan dengan air laut menggugah ingatan bagaimana dua kapal milik rakyat Banyuwangi mampu memberikan sumbangan setoran pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup besar bagi pemerintah Banyuwangi.
Selain itu kapal LCT Putri Sritanjung merah maupun biru bertahun-tahun menjadi tumpuan hidup ratusan pekerja dan karyawan PT Pelayaran Banyuwangi Sejati (PT PBS) mulai direktur, operator kapal, tenaga administrasi sampai cleaning servis dalam mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarga mereka.
Kemudian melihat dari sisi utara tampak anak-anak yang ceria bermain di pinggir pantai. Terlihat juga para pekerja yang memperbaiki dua kapal yang sandar di dekat bangkai kapal LCT Putri Sritanjung yang saat ini tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab menjaga dan memelihara aset daerah tersebut.












