“Untuk melepas musibah atau bala bencana maka warga menggelar selamatan sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar selamat manusianya, hewan piaraan, tanaman maupun alam lingkunganya,”imbuh Kang Usik.
Sementara Slamet Menur, Salah seorang Seniman Sepuh Banyuwangi menambahkan pada masa kecilnya dahulu sekitar tahun 1950, apabila terjadi gerhana bulan maka keyakinan masyarakat pada masa itu, wanita yang hamil harus masuk ke kolong tempat tidur sambil menggigit pecahan kereweng agar bayi yang dikandungnya selamat.
Keberadaan Komunitas Osing Pelestari Adat dan Tradisi (KOPAT) yang ada di desa Glagah merupakan upaya yang bagus dari masyarakat untuk menjaga memelihara dan melestarikan adat dan tradisi yang semakin hari semakin langka.
“Dalam era modern seperti saat ini semakin sulit menjumpai generasi muda yang tertarik pada adat dan tradisi. Adanya KOPAT yang jumlahnya tidak banyak merupakan upaya yang bagus dari budayawan untuk melestarikan adat tradisi dan budaya yang tumbuh dan berkembang di Banyuwangi,”pungkas Slamet.
Wartawan: Nurhadi









