Kemarahan Minak Sembuyu juga berujung pada diusirnya Dewi Sekardadu dan para punggawa kerajaan Blambangan diperintahkan membuang sang jabang bayi. Bayi hasil pernikahan Dewi Sekardadu dan Maulana Ishak itu ditempatkan dalam peti yang dipaku rapat kemudian dihanyutkan ke samudera. Sebagai seorang ibu, Dewi Sekardadu tak kuasa menahan rasa sedih dan akhirnya memilih untuk mencari sang buah hati dengan cara apapun.
Dewi Sekardadu tak berhasil menyelamatkan bayinya dan ikut hanyut dalam ganasnya ombak lautan lalu meninggal. Yang unik, hampir dibeberapa daerah Jawa Timur mengklaim ada makam Dewi Sekardadu. Apakah ini wujud kecintaan masyarakat atau rasa empati pada Dewi Reni Sekardadu.
Bagi pecinta wisata spiritual untuk berkunjung ke lokasi Makam Eyang Putri Atika lokasinya sekitar 2 kilometer dari pusat pemerintahan kabupaten Banyuwangi. Mereka bisa lewat tiga jalan yaitu jalan di belakang masjid Baitul Ma’wa lingkungan Payaman Giri, jalan depan Bakso P Cholik dan jalan masuk lewat Pertigaan Giri naik ke barat.
Namun saat ini yang paling mudah dilalui adalah motor melalui jalan di belakang masjid Baitul Ma’wa lingkungan Payaman Giri. Bahkan bagi pesepeda motor untuk di bukit Giri bisa membawa sepeda motor sampai ke lokasi makam.
Kemudian bagi masyarakat yang naik bus melalui jalur utara atau dari arah Situbondo bisa turun di terminal Bus Sri Tanjung Ketapang dan selanjutnya naik ojek menuju lokasi dengan ongkos sekitar Rp. 20 ribu. Atau naik angkotan kota atau taksi ke Terminal Blambangan Banyuwangi kemudian lanjut naik ojek online atau ojek pangkalan.
Bagi masyarakat yang naik kereta api (KA) bisa turun di stasiun Banyuwangi Kota kemudian nyambung dengan naik ojek atau taksi yang banyak parkir sekitar stasiun siap mengantar penumpang ke semua jurusan di sekitar kota Banyuwangi.
Selanjutnya bagi peziarah yang naik bus mereka dari arah Jember bisa turun di terminal bus Karangente Banyuwangi. Untuk menuju lokasi Makam Eyang Putri Atika bisa naik angkot, taksi maupun ojek.
Wartawan : Nurhadi











