Sementara itu dari Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram, Ir. Umara Sri Rahmawati mengungkapkan, potensi pariwisata di Kabupaten Banyuwangi sangat banyak dan sangat kaya seni dan budaya. Kenyataan tersebut yang menjadi salah satu alasan Dispar Kota Mataram memilih Banyuwangi sebagai rujukan study tiru.
“Kami membawa beberapa sanggar dari Mataram untuk dapat belajar seni dan budaya bersama di Banyuwangi. Dan uniknya lagi ada 1 tarian yang sama yakni Tarian Gandrung yang juga dimiliki Banyuwangi. Siapa tahu memang ada kemiripan atau hanya penamaannya yang sama,” ujar Umara Sri Rahmawat
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata melalui Kabid Pemasaran Disbudpar Banyuwangi, Ainur Rofik S.Sos memberikan beberapa saran masukan dan menanggapi beberapa hal terkait digitalisasi, wisata dan seni budaya.
“Digitalisasi mempermudah kami untuk memantau jumlah grafik jumlah kunjungan secara realtime seperti yang kita terapkan pada aplikasi E-Tax. Hal ini tentunya dapat diaplikasikan di era pandemi ini untuk pembatasan jumlah kunjungan,” jelas Rofik.
Begitu pula dengan seni dan budaya yang sangat kaya, Disbudpar Banyuwangi memberikan ruang-ruang para seniman untuk dapat terus berkarya. Salah satunya dengan menampilkan secara virtual sehingga para seniman tetap bisa berkarya dan mengekspresikan jiwa seni mereka dengan segala keterbatasan yang ada. //