Dengan memiliki 2 area parkir yang luas, yakni depan dan belakang, kursi, pengunjung tidak perlu kebingungan untuk menaruh kendaraan. Sambutan ramah petugas parkir senantiasa menyapa pengunjung begitu masuk area si-bi-trem.
Untuk menu, si-bi-trem mengandalkan nasi goreng jawa. Menariknya, nasi goreng tersebut bukan beralaskan piring melainkan loyang yang biasa dipakai orang kampung untuk membuat sambal. Rasa khas Jawa membuat penikmat nasi goreng akan teringat masakan khas pedesaan alias ndeso.
Bambang, pecinta kopi si-bi-trem mengaku ketagihan. Bukan karena kopinya melainkan suasana alam yang menyejukkan hati pikiran.
“Kopinya sih biasa, tapi tempatnya luar biasa, saya hampir setiap hari kesini, maklum mas, sambil cuci mata, hehehehe”, candanya.
Di tengah Era pemanasan global, polusi dimana-mana hadirnya Si-bi-trem patut mendapat apresiasi. Tempat melepas penat dibawah naungan pohon raksasa, memperkaya oksigen untuk dihirup seluruh pengunjung angkringan sekaligus wisata tersebut.
Wartawan: Anwar Wahyudi











