Imbas dari permasalahan yang terjadi dalam kompetisi ada dugaan mafia yang mengatur pertandingan yang ujung-ujungnya hanya mampu mengungkap kasus dengan mengorbankan pelatih, pemain dan wasit tanpa pernah mampu menyentuh aktor intelektualnya, imbuhnya.
Untuk Persewangi Banyuwangi sendiri, menurut dia pada dasarnya memiliki sejarah panjang dan merupakan milik publik mulai dari ISBIS sampai muncul nama Persewangi membutuhkan dana yang tidak sedikit dan dibiayai APBD bertahun-tahun.
Namun dengan alasan regulasi begitu mudahnya PSSI mengesahkan nama Persewangi Banyuwangi diklaim oleh sekelompok orang yang menjadi pengurus dan mendirikan Perseroan Terbatas (PT) yang jauh dari kriteria AFC, imbuh Tain.
”Dampaknya publik bola Banyuwangi kehilangan kepercayaan kepada pengurus dan dalam setiap mengikuti kompetisi cenderung masalah yang tidak pernah tuntas,”tambah mantan pemain Persewangi itu. //












