Seperti kesenian kuntulan, penari gandrung dan visualisasi Dewi Sri, lengkap dengan kereta kencananya yang juga dipenuhi hiasan hasil bumi, seperti padi dan palawija. Dewi Sri dianggap sebagai sosok dewi kesuburan oleh warga setempat. Diaraknya Kerbau jadi – jadian ini menurut warga disebut sebagai prosesi Ider Bumi.
Bersorak dan bergembira, seluruh warga berjalan mengikuti iring – iringan prosesi Ider Bumi, mereka sesekali bersenda gurau dengan para kerbau yang kesurupan.
Anehnya, rasa takut masyarakat ke warga yang kesurupan itu tidak nampak sama sekali, malahan mereka beriring – iringan, berdekatan sembari menyiramkan air bersih untuk membersihkan lumpur yang mengotori wajah warga yang kesurupan.
Ritual diakhiri dengan prosesi membajak sawah, ritual ini divisualisasikan oleh dua manusia kerbau yang membawa alat pembajak sawah atau singkal, yang dilanjut dengan prosesi ‘Ngurit’ atau menebar benih padi oleh salah satu warga yang memerankan tokoh Dewi Sri.
Tradisi yang digelar warga secara rutin turun – temurun ini menurut Anton Sujarwo SE, Kepala Desa Aliyan ke sejumlah media mengatakan, ritual ini digelar sejak desa Aliyan dilanda wabah Kresesk (Paceklik) pada beberapa abad lalu. Dengan adanya wabah yang melanda desa akhirnya Buyut Wongso Kenongo leluhur desa Aliyan, berdo’a memohon kepada Sang Maha Pencipta, agar dihindarkan dari wabah yang melanda.
Kemudian kedua anak Buyut Wongso Kenongo, Raden Pringgo dan Raden Pekik meminta petunjuk kepada Sang Maha Pencipta, dan saat itu terjadilah perilaku aneh keduanya. Mereka bertingkah layaknya hewan kerbau, bergulung – gulung di area persawahan.
Beberapa waktu kemudian, dari hasil petunjuk tersebut perkembangan pertanian masyarakat nampak adanya peningkatan, karena wabah Kresek yang melanda desa, sirna. Sehingga masyarakatpun bisa kembali menggarap sawah dan mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Dari perilaku kedua anak Buyut Wongso Kenongo itulah hingga kini ritual ini dikenal masyarakat Desa Aliyan sebagai Ritual Adat Keboan.
“Ini adat budaya warisan leluhur yang harus terus kita lestarikan,” terang Anton Sujarwo SE. ////












