Meski telah menerima informasi tersebut, pihak keluarga belum mengambil langkah lebih lanjut. Nur Laili tetap bersekolah sebagai perempuan, meskipun sering mengalami perundungan akibat perbedaan fisiknya. Hingga akhirnya, pada tahun 2020, ia memutuskan berhenti sekolah tiga bulan sebelum kelulusan SMA. Selain faktor perundungan, kondisi kesehatannya yang terganggu juga menjadi alasan utama.
Pada awal 2024, keinginan untuk mendapatkan kepastian mengenai jenis kelamin kembali muncul. Ia menjalani pemeriksaan di sebuah klinik, lalu dirujuk ke dokter urologi di RSUD Blambangan. Hasil pemeriksaan medis mengonfirmasi bahwa secara biologis ia adalah laki-laki. Pemeriksaan lebih lanjut di RSUD Dr. Soetomo Surabaya semakin memperkuat hasil tersebut. Tim dokter menemukan bahwa Nur Laili memiliki 46 kromosom XY, yang secara ilmiah merupakan karakteristik laki-laki.
Berdasarkan hasil medis tersebut, Muslih mengajukan permohonan perubahan status jenis kelamin anaknya di pengadilan. Namun, perjalanan medis Nur Laili belum selesai. Ia dijadwalkan menjalani pemeriksaan lanjutan pada Senin, 24 Februari 2025. “Pihak rumah sakit mengatakan bahwa proses ini masih panjang. Jika harus menjalani operasi, saya belum tahu biayanya seperti apa,” pungkas Muslih.












