Ayah dua putra tersebut mengungkapkan ingin mengetahui jumlah pasti peserta PKH di wilayah Banyuwangi. Kemudian berapa yang dinyatakan lulus seperti keluarga Bu Rajemah.
”Kami khawatir angka-angka yang disampaikan petugas di lapangan sekadar untuk menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Banyuwangi menurun. Kernyataan di lapangan tidak sama ini kan, sehingga tidak adil masyarakat yang sangat berhak menerima justru tidak mendapatkan bantuan karena alasan tertentu,” pungkas Michael.
Seperti diberitakan sebelumnya rasa sedih dirasakan pasangan suami istri (pasutri) Ramdan (68 tahun) dan Rajemah (63 tahun) asal lingkungan Krajan Rt 003/ 001 Desa Paspan Kecamatan Glagah Banyuwangi. Mereka sampai saat ini belum bisa mengambil ijazah putranya di SMK Gajah Mada (Gama) Banyuwangi. /////
Sebagai pekerja harian lepas, penghasilan Ramdan-Rajemah jauh dari kata cukup untuk sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari yang layak. Apalagi harus menuntaskan tanggungan sekolah putranya.
Menurut Rajemah, pada saat masih masuk sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH) kondisi ekonomi keluarga yang tinggal di bangunan gedhek (anyaman bambu), sebagian beralaskan tanah dan tidak memiliki kamar mandi dan WC tersebut masih cukupan.
Namun kondisi ekonomi warga Desa Paspan tersebut semakin terpuruk setelah dinyatakan lulus sebagai peserta PKH sesuai surat pemberitahuan Kementrian Sosial RI yang dibuat di Jakarta, 13 Desember 2013 karena kondisi sosial ekonomi dinilai yang lebih baik.
“Sampai saat ini kami tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, ambil ijazah Salam saja belum bisa. Beras kiri kanan dapat bantuan saya tidak dapat ga tahu kenapa. Kata petugas keluarga kami sudah kaya. Kurang tahu siapa yang melaporkan,” jelas Rajemah dengan Basa Oesing yang medok di rumahnya pada Selasa (06/06/2023).////












