“Ini murni tindakan spontan anak-anak, bukan kejadian yang direncanakan. Mereka melakukannya di area yang tidak terpantau guru. Kami memang sudah mengingatkan semua guru agar lebih waspada, terutama di masa MPLS yang rawan terjadi gesekan antar siswa baru,” jelasnya.
Untuk menyelesaikan persoalan, pihak sekolah bersama desa, tokoh masyarakat, dan orang tua siswa telah melakukan pertemuan. Hasilnya, disepakati dua hal penting: jaminan keamanan bagi korban selama di sekolah maupun di luar, serta pembinaan terhadap pelaku oleh tokoh masyarakat setempat.
“Anak-anak ini satu desa, jadi pendekatannya juga kekeluargaan. Kami apresiasi peran aktif kepala desa, tokoh masyarakat, dan pihak sekolah dalam menyelesaikan masalah ini secara bijak,” tambahnya.
Adi juga menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan dan mendalami hasil investigasi dari tim lapangan. Pendampingan psikologis melalui guru Bimbingan Konseling (BK) juga sudah disiapkan.
“Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Sekolah bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab, tapi juga lingkungan, masyarakat, dan keluarga. Pendidikan karakter anak harus menjadi perhatian bersama,” tegas Adi Andaka.////////