Tradisi Berbalut Seni Bela Diri Pencak Sumping Masih Dilestarikan di Banyuwangi

by -466 Views
Wartawan: Nurhadi
Editor: Herry W. Sulaksono


Sumping menjadi suguhan kepada para tamu undangan yang datang saat acara. Bahkan saat atraksi tanding dua pendekar silat, sumping juga digunakan untuk alat atau sarana pengakuan kemenangan lawan.”Biasanya pendekar yang menang akan menyumpal mulut lawan yang kalah dengan kue sumping,” imbuh Rahayis.

Dusun Mondoluko tidak memiliki kesenian barong atau gandrung seperti di daerah lain. Akhirnya, Pencak Silat yang diiringi dengan musik-musik tabuhan inilah sebagai hiburan warga pada rangkaian selamatan desa tersebut.


Tradisi tahunan Pencak Sumping ini digelar beriringan dengan tradisi kenduri bersih desa (Ider Bumi) warga setempat. Selamatan ini berlangsung setiap Idul Adha dimana warga melakukan ritual Ider Bumi dan mengumandangkan adzan serta membaca istighfar (permohonan ampun kepada Allah) sambil keliling desa.

Sementara itu, PLH. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Choliqul Ridho mengatakan, atraksi bela diri Pencak Sumping ini merupakan bagian dari kekayaan tradisi Banyuwangi yang perlu dilestarikan kepada anak cucu kita.

“Tradisi ini juga istimewa, karena merupakan seni bela diri yang dikemas dalam atraksi pertunjukkan yang unik yang tentunya tidak ada di daerah lain. Dengan simbolis kue sumping sebagai kemenangan dari si pendekar tersebut, membuat tradisi seni pencak silat ini semakin menarik,” ujar Ridho.

Tak hanya itu, dalam tradisi ini juga dihadiri Paguyuban Kampung Pencak Silat Glagah yang baru dibentuk. Mereka menghadiri tradisi Pencak Sumping dari beberapa organisasi seperti Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti, PS Pagar Nusa dan PS Cempaka Putih./////

iklan warung gazebo