Tradisi Berbalut Seni Bela Diri Pencak Sumping Masih Dilestarikan di Banyuwangi

by -466 Views
Wartawan: Nurhadi
Editor: Herry W. Sulaksono


Banyuwangi, seblang.comBanyuwangi memiliki berbagai macam ritual adat tradisi seni dan budaya. Masyarakat di sekitar Kawasan Gunung Ijen masih setia dan menjaga, memelihara dan melestarikan tradisi seni bela diri “Pencak Sumping”, yang tumbuh dan berkembang di kabupaten yang berada diujung timur Pulau Jawa ini.

Setiap Hari Raya Idul Adha atraksi Seni Pencak Sumping yang merupakan tradisi yang dilestarikan lintas generasi masyarakat dusun Mondoluko, desa Tamansuruh, kecamatan Glagah, Banyuwangi menjadi destinasi wisata yang rutin digelar setiap tahunnya, seperti yang ditampilkan pada Kamis (29/06/2023).


Atraksi Pencak Sumping digelar dengan iringan musik tradisional dengan irama yang rancak. Penampilan Pencak Sumping diikuti oleh para pendekar silat mulai anak-anak, remaja dewasa hingga yang lanjut usia. Mereka menampilkan jurus-jurus pencak silat dengan tangan kosong maupun dengan senjata dengan terampil dan lincah.

Tradisi Pencak Sumping tidak terlepas dari cerita asal muasal dusun Mondoluko. Dimana zaman penjajahan Belanda, Buyut Ido terluka (luko) sampai terkoyak (modol-modol), hingga akhirnya mendasari penamaan dari Dusun Mondoluko.

Warga dusun Mondoluko mulai anak-anak, remaja hingga lanjut usia baik laki-laki maupun wanita sampai dengan saat ini tetap setia menjaga memelihara dan melestarikan pencak silat sebagai bela diri warisan leluhur yang dipelajari oleh warga.

Salah seorang pelestari Seni Pencak Sumping, Rahayis, mengungkapkan, nama Pencak Sumping sendiri, diambil dari suguhan yang disajikan pada masa itu yang mengiringi para pendekar saat berlatih.

“Sumping merupakan makanan tradisional yang terbuat dari pisang berbalut adonan tepung yang dikukus, didaerah lain dikenal dengan nama kue Nagasari,” kata Rahayis.

iklan warung gazebo