“Jumlah dapur MBG secara nasional sebanyak 32 ribu dapur dan 120 di antaranya ada di Banyuwangi. Untuk menyuplai dapur-dapur itu tentunya dibutuhkan jumlah yang banyak,” ujarnya.
Produksi beras biortifikasi Sunwangi sendiri telah dimulai sejak 2024. Pada 2025 ini, Banyuwangi memulai tahap industrialisasi dengan target pengembangan hingga 500 hektare lahan pertanian. Langkah ini menjadi bentuk pemanfaatan potensi sumber daya agraris yang selama ini menjadi andalan wilayah ujung timur Pulau Jawa tersebut.
Dukungan juga datang dari Perum Bulog Jawa Timur, yang telah menyerap lima ton beras biofortifikasi Banyuwangi pada 2024. Beras tersebut dipasarkan dengan merek dagang “Sunwangi” dan dijual seharga Rp 14.000 per kilogram. Karena termasuk produk bernutrisi tinggi, harga serapan gabah dari petani juga di atas rata-rata pasar.
“Pengalaman kemarin, harga dari petani kami tebus di angka Rp 6.700 per kilogram untuk gabah kering panen,” terang Langgeng Wisnu Adi Nugroho, Pimpinan Wilayah Perum Bulog Jawa Timur.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyambut antusias pengembangan Sunwangi yang tak hanya mendukung program MBG dan meningkatkan ketahanan gizi nasional, tapi juga membuka ruang baru bagi peningkatan ekonomi. “Dengan ekosistem ini, potensi pertanian Banyuwangi akan naik kelas dan petani kita lebih sejahtera,” ujarnya.












