“Dalam proses skrining, peserta diarahkan mengisi sejumlah pertanyaan, mulai dari data diri seperti tanggal lahir, berat badan, tinggi badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) akan muncul otomatis. Setelah itu ada pertanyaan tentang riwayat penyakit pribadi dan keluarga. Dari hasil pengisian, peserta akan mendapat informasi apakah berisiko terkena penyakit kronis dengan tingkatan rendah, sedang, atau tinggi,” jelas Titus.
Dukungan pelaksanaan layanan ini juga datang dari tenaga medis. Salah satunya Dokter Suswati Haniyah (58), Dokter Praktik Perorangan (DPP) dengan capaian SRK tertinggi di Banyuwangi. Ia menilai skrining kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan promotif dan preventif di FKTP.
“Saya selalu memberikan instruksi kepada asisten atau karyawan saya, jika pasien ataupun pendamping pasien datang bisa di skrining terlebih dahulu. Kami arahkan untuk skrining melalui Aplikasi Mobile JKN. Namun, bagi pasien yang sudah lansia kami bantu skrining menggunakan media web dari BPJS Kesehatan,” kata dr. Suswati.
Menurutnya, banyak peserta yang baru menyadari bahwa gaya hidup mereka berisiko tinggi setelah menjalani skrining. Pasien dengan hasil risiko sedang maupun tinggi terhadap penyakit kronis kemudian mendapat konseling lanjutan dari tenaga medis agar bisa menjalani penanganan lebih intensif.
“Pasien yang terdeteksi berisiko akan kami edukasi secara personal, baik secara langsung maupun online. Kami juga mempunyai grup WhatsApp, di sana kami sering memberikan informasi edukasi terkait gaya hidup sehat, cara pencegahan penyakit, maupun membagikan jadwal rutin senam dan kegiatan lainnya,” tambahnya.
dr. Suswati mengimbau masyarakat Banyuwangi untuk lebih menjaga kesehatan dengan memanfaatkan layanan skrining riwayat kesehatan sebagai bagian dari strategi deteksi dini sekaligus menekan angka kematian. Ia juga mengajak warga menerapkan gaya hidup sehat secara konsisten melalui pola makan seimbang, olahraga teratur, dan istirahat cukup.//////
