Meski bukan daerah penghasil kopi, warga Kemiren dikenal memiliki tradisi kuat dalam menyuguhkan kopi. Hampir setiap keluarga memiliki cangkir keramik warisan turun-temurun.
“Ketika seorang perempuan menikah, ia akan mendapat warisan berupa cangkir dan perlengkapan pecah belah dari orang tuanya,” jelas Edy.
Dengan sekitar 1.100 kepala keluarga, jumlah cangkir di Desa Kemiren kini diperkirakan lebih dari 10 ribu buah.
Tradisi ini mencerminkan falsafah hidup masyarakat Osing: suguh, gupuh, lungguh, yang artinya tamu disambut dengan suguhan, keramahan, dan penghormatan.
“Kebiasaan menyuguhkan kopi adalah wujud jati diri warga Kemiren yang menjunjung tinggi nilai keramahan dan kebersamaan,” tambah Edy.////////












