Banyuwangi, seblang.com – Banyuwangi Ethno Carnifal (BEC) adalah ajang promosi seni, budaya, dan pariwisata daerah Banyuwangi yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Banyuwangi. BEC dimaksudkan memberikan warna lain terhadap nilai budaya lokal Banyuwangi dengan mengangkat seni budaya Banyuwangi dalam kemasan kontemporer dan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi.
Untuk menjadi peserta di ajang festifal ini membutuhkan seleksi yang sangat ketat. Namun tidak membuat surut semangat Pemuda kelahiran 9 Februari 2005 ini, dua kali ia mengikuti seleksi masih belum juga membuahkan hasil. Pertama di tahun 2022 dan kedua pada 2023. Namun dengan semangat yang tinggi kini di tahun 2024 mimpinya yang sempat terpendam sejak duduk dibangku sekolah kini sudah terwujud.
Pemuda kelahiran 2005 ini memiliki nama Abdurrahman Fahmi . Banyak masyarakat yang salut dan bangga atas perjuangan Fahmi.

“Jatuh bangun ataupun kegagalan hanyalah sebuah cita – cita yang tertunda. Namun untuk keinginan itu saya terus berjuang untuk meraihnya. Saya yakin asalkan ada kemauan dan kerja keras Allah pasti akan mengabulkan cita – cita hambanya,” ucap Fahmi dengan penuh semangat dan energik Kamis (11/7/24).
Abdurrahman Fahmi adalah putra ketiga dari pasangan Gatot Kurnianta dan Riva Azwarini tidak main-main. Pasangan yang berprofesi sebagai pendidik di salah satu sekolah SMKN ini mengaku kalau festival BEC ini memang di ikuti oleh anak – anak terpilih. Untuk mengikutinya harus melalui beberapa seleksi yang sangat ketat. Mulai dari latihan berjalan, persiapan fisik serta biaya yang bias menghabiskan jutaan rupiah.
Untuk menarik perhatian para juri, Fahmi merancang sebuah tema busana “Kampung Lukis“. Setelah berbagai pertimbangan yang cukup panjang, Hasilnya sangat mengejutkan, laki – laki yang beralamat di Jalan Kyai Shaleh No. 16, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Banyuwangi ini berhasil Lolos seleksi.
Tujuan pengambilan Tema ini sengaja diambil oleh Fahmi karena ingin sekali mempromosikan serta mengenalkan kampung lukis yang berada di sekitar tempat tingganya agar diketahui oleh masyarakat luas bahwa di kota ujung timur pulau Jawa terdapat sebuah kampung yang isinya adalah seniman lukis semua.
“Berkat kolaborasi dan keseriusan Fahmi dengan desainer kostum, pelukis dan arahan dari Slamet Diharjo atau biasa dipanggil Pak Syamsul dan Nuril Firdaus serta Wiwit tercipta sebuah kostum yang mendeskripsikan keindahan dan seni di kampung lukis Banyuwangi,” jelasnya.












