Alumni Universitas Negeri Jakarta tersebut itu menyebut, setidaknya ada tiga tujuan dari BEC. Pertama menggaungkan budaya lokal ke publik global. BEC mengangkat kearifan dan budaya Banyuwangi ke global untuk menumbuhkan rasa cinta warganya pada budaya lokal.
Selanjutnya, BEC merupakan kegiatan pariwisata yang menjadi ruang mengapresiasi anak-anak Banyuwangi yang bergiat di bidang seni budaya. Di BEC terdapat ratusan pelaku seni budaya yang terlibat.
“Dengan BEC para pelaku seni dan budaya ditonton ribuan orang. Dengan kegiatan ini, apresiasi dilakukan sekaligus bagian dari regenerasi pencinta seni budaya,” ujar Ipuk.
Ketiga, menurut Ipuk, BEC mampu menggerakkan ekonomi masyarakat. “Karena ada BEC hotel penuh, kuliner laris, oleh-oleh ludes, jasa-jasa penunjang bergerak, seperti jasa transportasi, pemandu wisata dan lain-lain,” jelas Ipuk.
Seperti yang dialami Suseno, pedang kaki lima di depan Taman Blambangan. “Alhamdulilah dagangan saya ludes semua. Laris, dua kali lipat, bahkan lebih, dari biasanya,” kata Suseno.
Hal yang sama dialami pedagang gorengan crispi, Puryanto. “Saat BEC, baru jualan dua jam sudah dapat Rp 700.000. Semoga Banyuwangi terus diramaikan dengan event, sehingga pedagang kecil seperti kami ramai terus jualannya,” ucap Puryanto dengan sumringah. (*)












